Tradisi Amok, Destruktif, dan Menang Sendiri Sisi Gelap Karakter, Hambat Kemajuan Bangsa

Laporan: Lilis
Minggu, 11 Oktober 2020 | 15:08 WIB
Hasto Kristiyanto (Dok. PDIP)
Hasto Kristiyanto (Dok. PDIP)

sinpo - Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan refleksi kritis mengapa di suatu negara besar seperti Indonesia dengan rekam jejak peradaban yang luar biasa masih diwarnai oleh tradisi amok, destruktif, mau menang sendiri, dan berbagai hal negatif lainnya yang hambat kemajuan bangsa. 

"Akar seluruh persoalan adalah pendidikan budi pekerti, disiplin, dan keteladanan. Pendidikan itu meningkatkan derajat keadaban suatu bangsa. Pendidikan itu berbudi pekerti, penuh semangat kemajuan bagi bangsanya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan harus diamalkan untuk kemanusiaan," kata Hasto dalam keterangannya, Minggu (11/10/2020).

Karena itulah ia sangat prihatin atas kecenderungan terjadinya perusakan sarana publik ketika demo berlangsung. Ia menyebut anarko telah hadir dengan segala kepentingannya untuk merusak tatanan peradaban, merusak fasilitas publik, kedepankan budaya anarkis serta tidak percaya pada pemerintahan yang sah. 

"Apa yang dilakukan oleh Bu Risma adalah sikap tegas melawan Anarko. Jadi kami heran, ada kepala daerah yang tenang-tenang melihat fasilitas publik milik rakyat dirusak oleh kelompok Anarko," katanya.

Menurutnya, demokrasi Indonesia dibangun sebagai mekanisme penyelesaian konflik guna membangun konsensus. “DI Perjuangan sekali lagi menegaskan bahwa suatu undang-undang di dalam prakteknya akan ditentukan semangat penyelenggara negaranya. 

"Pak Jokowi dan KH Mar’uf Amin itu pemimpin bangsa yang berasal dari rakyat, dan karenanya bertanggung jawab untuk kedepankan kepentingan rakyat. Jaman Pak Harto sebagai Presiden, undang-undangnya praktis tidak ada kontroversi. Undang-undang nampak baik," katanya.

Namun karena hakekatnya kekuasaan otoriter, menurutnya, akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban, begitu banyak rakyat meninggal akibat kekuasaan otoriter tsb. Sementara Pak Jokowi sungguh-sungguh bekerja keras membawa kemajuan bagi bangsa”

"Saatnya kini kedepankan energi positif bagi bangsa. Pemilu masih tahun 2024. Mereka yang begitu berambisimenghadap kekuasaan Pemerintahan, jangan pakai model provokasi rakyat," katanya.

Ia meminta agar memakai cara gentlement dengan menggalang rakyat, bersaing secara fair, untuk pemilu yang akan datang. Saat ini, kita berikan kesempatan Pak Jokowi dan KH Ma’ruf Amin untuk menjalankan tugas bagi bangsa dan negara, dengan sebaik-baiknya. 

"Evaluasi kepemimpinan itu melalui Pemilu, termasuk bagi Parpol pengusungnya," katanya.
 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI