Didukung Bank Mandiri, Ceria Corp Berhasil Ekspor Perdana Green Nikel ke Pasar Asia

SinPo.id - Bank Mandiri dan Ceria Nugraha Indotama (Ceria Corp) memperkuat sinergi melalui ekspor perdana Low-Carbon Ferronickel (FeNi) dari smelter "Merah Putih" di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Ekspor ini dilakukan secara simbolik terhadap 10 kontainer dengan total volume shipment pertama sejumlah 65 kontainer ke pasar Asia.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan, langkah ini merupakan komitmen Mandiri dalam mendukung percepatan agenda hilirisasi mineral nasional dan transisi energi. Karena, peran sektor keuangan tak hanya sebatas penyedia dana, tapi juga mitra strategis bagi pertumbuhan industri bernilai tambah.
"Bank Mandiri berkomitmen untuk terus menjadi bagian dari pembangunan proyek strategis nasional, terutama yang dijalankan oleh investor domestik. Sinergi yang kami bangun dengan Ceria menjadi contoh konkret bagaimana akselerasi ekonomi dapat diwujudkan melalui kolaborasi antara sektor perbankan dan industri dalam negeri," ujar Darmawan dalam keterangannya, Sabtu, 5 Juli 2025.
Adapun proyek ekspor ini berasal dari fasilitas pengolahan nikel Smelter Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Line I milik Ceria, yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sekaligus Objek Vital Nasional (Obvitnas). Ini merupakan produk Green Nickel dengan kapasitas produksi 72 MVA yang mengandung 63.200 ton ferronickel dengan kadar 22 persen atau setara dengan 13.900 ton logam nikel per tahun.
Produk feronikel yang dikirimkan telah memenuhi standar keberlanjutan, dibuktikan melalui kepemilikan Renewable Energy Certificate (REC) yang diterbitkan oleh PT PLN (Persero).
Seluruh rantai produksi dalam proyek telah menggunakan energi bersih, menjadikannya sebagai model industri yang berkelanjutan yang mendukung transisi energi nasional. Kemudian, proses produksi juga dikendalikan oleh Artificial Intelligence (AI) menggunakan teknologi robotic sehingga lebih aman dan dimonitor secara real time.
Keberhasilan ekspor ini merupakan kelanjutan dari produksi perdana smelter Ceria pada April 2025 lalu. Ceria sendiri menjadi satu-satunya perusahaan pengolahan nikel nasional yang mampu membangun fasilitas pemurnian mineral melalui pendanaan sindikasi perbankan dalam negeri.
Tercatat, pada 2022, Bank Mandiri bersama Bank BJB dan Bank Sulselbar telah mengucurkan pembiayaan sindikasi senilai US$ 277,69 juta guna mendukung pembangunan smelter dan infrastruktur pendukungnya. Pendanaan ini mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari industri perbankan nasional terhadap prospek hilirisasi dan penguatan rantai pasok industri nikel di Indonesia.
Dari sisi industri, CEO Ceria Corp Derian Sakmiwata, menyampaikan apresiasi atas dukungan konsisten Bank Mandiri. Kehadiran perbankan nasional sebagai mitra pembiayaan turut memberikan dorongan moral untuk menjaga arah pembangunan industri yang berkelanjutan.
"Smelter merupakan simbol semangat kemandirian dan kebangkitan industri nasional. Kolaborasi strategis dengan perbankan telah membuka banyak peluang baru, termasuk penciptaan lapangan kerja serta peningkatan nilai tambah bagi daerah dan perekonomian nasional," ujar Derian.
Derian menjelaskan, Ceria tengah menyiapkan ekspansi pengembangan melalui pembangunan Smelter RKEF Line II dan fasilitas High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Line I.
Proyek ini ditargetkan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik (EV). Target jangka panjang Ceria adalah meningkatkan kapasitas produksi hingga 252.800 ton ferronickel per tahun, atau setara dengan 55.600 ton logam nikel dari 4 jalur smelter RKEF dan 293.200 ton MHP dari 2 fase pabrik HPAL, yang mengadung 110.940 ton logam nikel dan 11.400 ton logam cobalt.
"Dengan dukungan yang berkelanjutan dari sektor keuangan nasional, kami optimistis bahwa Indonesia akan memainkan peran sentral dalam industri baterai global. Sinergi seperti ini menjadi pilar utama bagi kemajuan sektor energi baru terbarukan dan hilirisasi," kata Derian.
Keberhasilan ekspor perdana feronikel Ceria ini sejalan dengan agenda pembangunan ekonomi nasional sebagaimana dirumuskan dalam visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan tenaga kerja lokal, dan pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab.
Melalui peran aktif perbankan dan Ceria dalam mendukung agenda hilirisasi mineral nasional, Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam rantai pasok industri berbasis sumber daya dan energi hijau yang berkelanjutan.