Pengamat Optimis Hilirisasi Nikel Bakal Perkuat Daya Saing Indonesia di Pasar Global

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 27 Juni 2025 | 14:22 WIB
Ilustrasi ekspor nikel. (SinPo.id/Pixabay)
Ilustrasi ekspor nikel. (SinPo.id/Pixabay)

SinPo.id - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, program hilirisasi yang dilanjutkan dengan industrialisasi yang terus didorong pemerintah, akan memperkuat daya saing Indonesia dalam industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di pasar global. 

"Selama ini kan Indonesia mengandalkan konsumsi. Kalau manufaktur yang tadi berkembang karena adanya industrialisasi, maka di dalam kemungkinan Indonesia akan menjadi negara maju, negara yang berbasis pada industri," kata Fahmy dalam keterangannya, Jumat, 27 Juni 2025. 

Namun, Fahmy mengingatkan, investasi  tidak boleh berhenti hanya pada tahap pembangunan smelter saja, tetapi harus berlanjut hingga tahap akhir, seperti pembuatan baterai atau bahkan kendaraan listrik.

Selain itu, pertumbuhan industri juga harus dibarengi dengan tata kelola yang baik dan perhatian terhadap dampak lingkungan serta manfaat bagi ekonomi lokal. Hal ini  untuk memastikan tidak ada manipulasi yang berakibat kepada kerugian negara. 

Di sisi lain, transfer teknologi sebagai bagian dari strategi jangka panjang, juga sangat penting. 

"Kalau misalnya tenaga kerja kita belum memenuhi syarat tadi, maka harus ada kesepakatan tentang transfer of technology. Paling tidak lima tahun itu proses, nah lima tahun yang kedua tenaga kerja Indonesia sudah mampu sendiri untuk menghasilkan baterai listrik," ungkapnya.

Dia menyampaikan, hilirisasi nikel sendiri membawa sejumlah manfaat strategis. Seperti, meningkatkan nilai tambah dalam negeri, menarik investasi asing, membuka lapangan kerja serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok industri baterai dunia.

"Dengan cadangan nikel dan mineral penting lainnya yang melimpah, Indonesia berada di posisi ideal untuk menjadi pemain utama dalam energi hijau global," tukasnya. 

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia terus mendorong hilirisasi nikel sebagai strategi utama dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional dan membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV).

Tujuannya, tak hanya mendukung transisi menuju energi hijau, tetapi juga membuka jalan menuju status sebagai negara industri maju.

Sejalan dengan komitmen emisi nol bersih (net zero emission/NZE) 2060, pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik menjadi bagian penting dalam transisi energi Indonesia.

Selain mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, langkah tersebut juga membuka peluang pengembangan teknologi bersih serta mendorong infrastruktur ramah lingkungan.

Program hilirisasi nikel yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dilanjutkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto diyakini dapat menjadi motor penggerak transformasi ekonomi Indonesia.

Jika dijalankan secara menyeluruh dari hulu hingga ke hilir hingga menghasilkan produk akhir seperti baterai, program tersebut tidak hanya akan meningkatkan daya saing industri nasional tetapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju berbasis energi bersih.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI