Revisi PP 7/2025, Pemerintah Ringankan Iuran JKK dan Lindungi Pekerja dari Kecelakaan

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 26 Juni 2025 | 15:59 WIB
Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI Cris Kuntadi (SinPo.id/ Dok. Kemnaker)
Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI Cris Kuntadi (SinPo.id/ Dok. Kemnaker)

SinPo.id - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memastikan terus mendorong penguatan sektor industri padat karya sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi dan ketenagakerjaan. Salah satunya dengan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Penyesuaian Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) bagi Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu.

"Ini merupakan bentuk dukungan terhadap perekonomian. Beberapa program pemerintah memang sudah digelontorkan, termasuk Kemnaker yang mendapat tugas menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU). Permenaker-nya sudah selesai dan programnya sudah berjalan," ujar Sekretaris Jenderal Kemnaker, Cris Kuntadi, dalam keterangannya, Kamis, 26 Juni 2025. 

Cris menjelaskan, perubahan utama dalam Revisi PP ini terkait masa berlaku kebijakan yang tertuang dalam PP Nomor 7 Tahun 2025. Sebelumnya, masa berlaku program keringanan iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ditetapkan hingga Juli 2025. 

Namun, melalui revisi yang telah disepakati dalam rapat K/L pada 27–28 Mei lalu, masa berlaku program ini diperpanjang hingga Januari 2026.

Secara umum, revisi PP Nomor 7 Tahun 2025 memiliki tiga tujuan utama. Pertama, memberikan keringanan pembayaran iuran bagi industri padat karya. 

"Hal penting untuk meringankan beban perusahaan di tengah tekanan ekonomi global dan domestik," katanya.

Kedua, menjamin pelindungan pekerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kendati ada keringanan iuran, perlindungan terhadap pekerja tetap menjadi prioritas.

Ketiga, menjaga agar manfaat yang diterima oleh peserta tetap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. "Yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa perusahaan tetap patuh terhadap program jaminan sosial ketenagakerjaan," tegasnya.

Lebih lanjut, Cris juga menekankan pentingnya keterbukaan dalam proses revisi kebijakan ini. "Walaupun ini perubahan, prosesnya harus openance (terbuka), dan itu sudah kami lakukan. Inisiatif ini juga sudah kami ajukan ke Presiden," katanya.

Ia berharap, pembahasan RPP ini dapat diselesaikan agar segera dapat dilanjutkan ke tahap harmonisasi di Kementerian Hukum. "Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan berharap bahwa rapat PAK ini dapat selesai dan tuntas pada hari ini. Karena kalau hari ini mundur, maka semua akan mundur," tutupnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI