Korut Kecam Serangan AS-Israel ke Iran: Langgar Piagam PBB, Picu Ketegangan Timur Tengah

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 24 Juni 2025 | 02:12 WIB
Rentetan serangan rudal Iran yang menghantam Tel Aviv. (SinPo.id/AP)
Rentetan serangan rudal Iran yang menghantam Tel Aviv. (SinPo.id/AP)

SinPo.id -  Korea Utara (Korut) akhirnya angkat bicara terkait serangan militer Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran. Dalam pernyataan resminya, Pyongyang mengecam keras aksi tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pernyataan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Senin (23/6/2025), dan dikutip oleh media pemerintah yang dilansir AFP. Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran dianggap mencederai prinsip kedaulatan negara.

"Republik Demokratik Rakyat Korea mengutuk keras serangan terhadap Iran oleh AS yang sangat melanggar Piagam PBB soal menghormati kedaulatan," tegas juru bicara tersebut.

Korut juga menyalahkan “keberanian sembrono Israel” yang menurut mereka memicu ketegangan baru di kawasan Timur Tengah. Pyongyang menuding Israel terus mengobarkan konflik demi ambisi sepihak, termasuk lewat ekspansi wilayah dan operasi militer agresif.

"Ketegangan regional yang sedang berlangsung merupakan produk tak terelakkan yang disebabkan oleh keberanian Israel yang sembrono," lanjutnya.

Komentar ini menjadi reaksi publik pertama Korut sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan keberhasilan serangan terhadap tiga lokasi nuklir Iran pada akhir pekan lalu. Trump bahkan mengklaim fasilitas nuklir Iran telah “dihancurkan”.

Sementara itu, AS bersikeras bahwa serangan tersebut tidak bertujuan menggulingkan pemerintah Teheran, melainkan sebagai bentuk pencegahan terhadap potensi ancaman nuklir Iran.

Diketahui, Korea Utara sendiri merupakan negara pemilik senjata nuklir aktif yang berhadapan langsung dengan Korea Selatan dan sekutu utamanya, Amerika Serikat, yang menempatkan sekitar 30.000 pasukan di Semenanjung Korea.

Perang Korea yang berlangsung pada 1950–1953 juga belum resmi berakhir hingga saat ini, karena ditutup dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI