Kadin: Konflik Iran-Israel akan Bayangi Arah Ekonomi Dunia

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 22 Juni 2025 | 18:56 WIB
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie (SinPo.id/ Dok. Kadin)
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie (SinPo.id/ Dok. Kadin)

SinPo.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie menilai, konflik geopolitik khususnya ketegangan antara Iran dan Israel, berpotensi akan berdampak besar bagi perekonomian dunia, dan kondisi dunia usaha. Bahkan, sekitar 40- 50 persen percakapan dalam forum yang dihadiri Presiden Prabowo Subiato dan Presiden Rusia Vladimir Putin, membahas isu konflik Iran-Israel.

"Saya lihat jelas sekali bahwa konflik Iran-Israel ini menjadi suatu perhatian penuh yang membayangi ekonomi dunia," kata Anindya dalam keterangannya, Minggu, 22 Juni 2025. 

Menurut Anin, situasi ini mencerminkan polarisasi antara kekuatan Barat dan Timur yang semakin menajam. Hal ini juga memperkuat pergeseran tatanan global menuju struktur multipolar.

"Kelihatan benar-benar polarisasi antara Barat dan Timur. Bagaimana Iran dan Israel bisa memengaruhi bukan saja geopolitik, tapi juga pengentalan multipolar," tuturnya. 

Anin juga menyoroti perkembangan blok negara-negara BRICS yang dinilai semakin menguat sebagai kekuatan ekonomi baru.  Ketidakhadiran Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dalam dialog multilateral, lanjut Anin, seperti APEC menjadi sinyal pergeseran kekuatan.

"Sekarang BRICS berjalan dengan waktu, jumlahnya semakin besar. Setengah dari dunia hidup di negara-negara BRICS yang kini sudah menerima sembilan negara baru (Belarus, Bolivia, Kuba, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Uganda, dan Uzbekistan)," ujar Anin.

Presiden Prabowo Subianto, sambung dia, juga menegaskan pendekatan Indonesia yang tidak murni kapitalistik seperti negara-negara Barat, maupun sosialis seperti Tiongkok. Indonesia memilih jalan tengah, sebagai pendekatan hibrida demi kemaslahatan bersama.

"Indonesia memilih hybrid di tengah-tengah, tapi tujuannya 'for the greater good', untuk sebanyak mungkin orang," kata dia. 

Selain itu, ia juga menyoroti program pemerintah RI seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar 80 juta anak dan ibu menyusui melalui pembangunan 30 ribu  Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).  Program ini tak hanya berdampak pada aspek sosial, tetapi juga menciptakan lapangan kerja.

"Kalau satu dapur (SPPG) itu menyerap 50 tenaga kerja, maka seribu dapur sudah menciptakan 50 ribu lapangan kerja. Di sisi lain, terjadi industrialisasi dan modernisasi pertanian," ungkapnya.

Anin juga menggarisbawahi posisi strategis Indonesia dalam konstelasi global saat ini. Dimana, Indonesia memiliki tiga 'suara' penting, yaitu sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di G20, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, dan sebagai mitra penting dalam kawasan Indo-Pasifik.

"Itu yang menarik. Indonesia memiliki tiga suara penting, dan itu memberi kita posisi strategis dalam forum-forum internasional," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI