Kemenperin: Industri Furnitur Perlu Rebut Peluang USD 660 Miliar di Pasar Global

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 22 Juni 2025 | 13:38 WIB
Ilustrasi pekerja sedang membuat furnitur untuk di ekspor. (SinPo.id/dok. Kemenperin)
Ilustrasi pekerja sedang membuat furnitur untuk di ekspor. (SinPo.id/dok. Kemenperin)

SinPo.id - Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, mendorong pelaku industri untuk memanfaatkan pasar global furnitur yang sangat potensial. Berdasarkan data Expert Market Research, nilai pasar furnitur dunia pada tahun 2024 mencapai USD 660 miliar dan diperkirakan tumbuh 4,9 persen per tahun hingga 2034.

"Kondisi ini merupakan peluang besar bagi industri furnitur Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan pangsa pasar global," kata dalam keterangannya, Minggu, 22 Juni 2025. 

Menurut Putu, angka tersebut menunujukan bahwa industri furnitur memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan sektor industri agro dan perekonomian nasional secara keseluruhan.  

"Industri agro memainkan peranan penting dalam perekonomian nasional. Pada Triwulan I tahun 2025, sektor ini berkontribusi sebesar 52,19 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Salah satu penopangnya adalah industri furnitur," ujar Putu. 

Putu menjelaskan, sebagai sub sektor industri agro, industri furnitur mencatatkan kontribusi sebesar 1,15 persen pada tahun 2024, tumbuh 2,07 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor furnitur Indonesia juga menunjukkan tren positif. 

"Nilai ekspor furnitur Indonesia (HS 9401-9403) meningkat dari USD 1,85 miliar pada 2023 menjadi USD 1,91 miliar pada 2024, naik sekitar 3 persen," ujarnya.

Namun, industri furnitur Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan, seperti hambatan logistik akibat geopolitik, regulasi lingkungan seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR), hambatan non-tarif di negara tujuan ekspor, masuknya furnitur impor logam dan plastik, serta isu keamanan investasi.

"Untuk menjawab tantangan dan tren pasar furnitur yang mengarah pada produk ramah lingkungan, desain modular dan cerdas (smart features), serta sistem pemasaran berbasis teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan 3D printing, bisa menjadi solusinya. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong transformasi teknologi di sektor ini," imbuhnya.

Langkah konkret lainnya yang dijalankan Kemenperin dalam meningkatkan daya saing industri furnitur nasiona adalah pelaksanaan program restrukturisasi mesin/peralatan industri pengolahan kayu sejak tahun 2022. 

Program ini memberikan reimburse sebagian biaya pembelian mesin hingga 30 persen untuk mesin lokal dan 15 persen untuk mesin impor yang memenuhi kriteria. 

"Sebanyak 33 perusahaan telah memanfaatkan program ini, dengan total reimburse sebesar Rp20,6 miliar," ungkapnya.

Menurutnya, dampak dari program restrukturisasi itu terbukti membawa dampak positif. Berdasarkan data perusahaan peserta program, terjadi peningkatan efisiensi proses hingga 11 persen, peningkatan mutu produk hingga 21 persen, dan produktivitas yang meningkat hingga 24 persen.

"Pemerintah juga terus memfasilitasi pengembangan industri furnitur melalui penyediaan bahan baku, pelatihan SDM, riset pasar, serta kebijakan fiskal seperti tax holiday, super deduction tax, dan kemudahan ekspor-impor," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI