Muhammadiyah: Ibadah Kurban Momentum Bebaskan Diri dari Pesona Duniawi

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 05 Juni 2025 | 18:11 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (SinPo.id/ Dok. Muhammadiyah)
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (SinPo.id/ Dok. Muhammadiyah)

SinPo.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, syariat lahiriyah dalam momentum Idul Adha ialah menyembelih hewan kurban. Namun, makna yang paling dalamnya ialah Lan Yanala Allaha Luhumuha Wa La Dimauuha Wa Lakin Yanaluhu At-Taqwa Minkum (Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya).

"Maka makna terdalamnya apa yang kita miliki dalam kehidupan ini baik harta, kekuasaan, dan segala kesenangan yang kita peroleh sebenarnya nisbi, maka Allah SWT mengajarkan pada kaum beriman 'berqurbanlah' manfaatkan harta dan segala hal duniawi itu untuk kepentingan beribadah dan kemaslahatan orang banyak bukan untuk dimiliki, ditumpuk-tumpuk bahkan dengan rasa rakus ingin hidup serba gelimang duniawi," kata Haedar dalam keterangannya, Kamis, 5 Juni 2025. 

Menurut Haedar, ibadah kurban,  mengajarkan manusia untuk melepas apa yang dimiliki. Dengan demikian, sejatinya mereka yang berkurban sudah terbebaskan jiwa, hati, pikiran, rasa, dan segala apa yang dimilikinya untuk meraih ridha dan karunia Allah SWT.

Haedar juga menuturkan bahwa manusia memiliki jiwa ingin menguasai segalanya. Harta, kekuasaan, segala pesona dunia takkan pernah merasa puas bahkan dengan cara yang tidak halal yakni dengan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan segala perilaku yang menunjukkan ketamakan. 

Manusia yang rakus, dengan segala pesona duniawi, lanjut dia, tidak akan pernah cukup sampai tuhan menghentikan ajalnya al-hâkumut-takâtsur, ḫattâ zurtumul-maqâbir.

Karena itu, tegas Haedar, di sinilah penting setiap orang beriman dimanapun posisi dan berada, disaat berkurban maupun tidak berkurban, mengkoreksi diri apakah termasuk orang beriman tetapi tak pernah puas dalam kehidupan, lalu menjadi insan yang serakah, tamak, takabur, dan penuh ambisi yang melampaui batas lalu lupa akan kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai luhur dalam fondasi ketakwaan.

"Lepas segala kepentingan demi kebenaran, kebaikan, dan keluhuran, dan untuk kemaslahatan hidup orang banyak. Jika itu bisa dipenuhi, maka berkurban berarti telah membebaskan kita dari segala pesona duniawi itu untuk hidup yang cukup dan moderat tetapi membawa kemaslahatan duniawi dan ukhrawi," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI