Deklarasi KAMI Diprotes, Dasco: Di Tengah Pandemi Semua Harus Menahan Diri

Laporan: Ria
Jumat, 02 Oktober 2020 | 12:05 WIB
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad

sinpo, JAKARTA, Presidium KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) Gatot Nurmantyo terus bergerilya untuk deklarasi, namun mendapat protes masyarakat di daerah. Dan, sebaiknya semua menahan diri. Bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini seharusnya kerjasama untuk mencegah penularan Covid-19 di tengah masyarakat.

“Soal deklarasi itu sebagai kebebasan berpendpat. Saya mengimbau untuk saling menahan diri. Baik yang menddukung deklarasi KAMI maupun yang tidak senang dengan KAMI,” tegas Waketum Gerindra itu di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta, Jumat (2/10/2020).

Sekarang ini lanjut Dasco, program prioritasnya mengatasi pandemi Covid-19 di tengah masyarakat. Seharusnya semua saling membantu dan kerjasama untuk mencegah pandemi tersebut.

“Apalagi, kita tidak tahu sampai kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir. Sehingga kita penting mengedukasi masyarakat untuk mecegah penularan Covid-19 tersebut,” pungkasnya.

Terkait dengan deklarasi KAMI tersebut Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengingatkan Gatot Nurmantyo bahwa wacana kebangkitan PKI itu tidak mungkin muncul secara tiba-tiba peristiwa-peristiwa kelam yang dialami bangsa Indonesia, khususnya tragedi kebiadaban Gerakan 30 September 1965 silam.

“Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa,” kata Moeldoko dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (1/10).

Menurut mantan Pangkostrad itu meyakini, isu kebangkitan PKI tidak muncul secara tiba-tiba. Justru dia menilai wacana itu ada lantaran digaungkan oleh komoditas kepentingan tertentu.

“Tidak mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja. Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain. Sebenarnya bisa saja sebuah peristiwa besar itu menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu,” jelas Moeldoko.

Lebih lanjut, Moeldoko menjelaskan tentang dua pendekatan dalam mendeteksi munculnya isu kebangkitan PKI ini. Di mana pertama menciptakan sistem kewaspadaan untuk menentramkan. Sementara yang kedua menciptakan kewaspadaan untuk memunculkan ketakutan.

“Bedanya di situ. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu. Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin,” ungkapnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI