Gibran Tanam Padi dengan Rice Transplanter, Kementan Luruskan Kesalahpahaman Publik

Laporan: Tio Pirnando
Senin, 26 Mei 2025 | 15:29 WIB
Wapres Gibran Rakabuming Raka mengoperasikan alat penanam padi. (SinPo.id/tangkap layar)
Wapres Gibran Rakabuming Raka mengoperasikan alat penanam padi. (SinPo.id/tangkap layar)

SinPo.id - Aktivitas Wakil Presiden Gibran Rakabuming yang menamam padi menggunakan mesin pertanian (Rice Transplanter) dengan posisi berjalan maju, videonya menjadi viral, karena dianggap menginjak padi yang baru di tanam. Sebab, biasanya menamam padi berjalan ke belakang agar tidak terinjak alias tanam mundur (tandur) 

Terkait itu, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Moch. Arief Cahyono menjelaskan, alat rice transplanter dirancang untuk menanam bibit padi secara teratur tanpa petani harus menginjak sawah.

"Dengan satu operator, rice transplanter mampu menyelesaikan penanaman di satu hektare sawah hanya dalam waktu lima jam," kata Arief dalam keterangannya, Senin, 26 Mei 2025.

Arief melanjutkan, sebagai perbandingan, metode tanam manual membutuhkan sekitar 25–30 orang dan waktu hingga dua hari untuk luasan lahan yang sama. Karenanya, penggunaan rice transplanter tidak hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga menekan biaya operasional secara signifikan.

Selain itu, rice transplanter juga memberikan keunggulan dalam menjaga jarak tanam agar seragam. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan tanaman yang lebih merata dan hasil panen yang lebih tinggi. 

Di sisi lain, alat ini juga ramah lingkungan karena dapat mengurangi kerusakan lahan akibat injakan selama proses tanam manual.

Rice transplanter sendiri terdiri atas dua jenis, yaitu tipe berjalan (walking type) dan tipe mengendarai (riding type). Pada tipe berjalan, operator mengarahkan alat sambil berjalan di belakang mesin. Bibit padi diletakkan di rak khusus dan dapat diisi ulang dengan mudah selama proses penanaman berlangsung.

Sementara, tipe mengendarai memungkinkan operator duduk dan mengemudikan mesin seperti kendaraan. Walaupun mekanismenya serupa, alat ini menawarkan kenyamanan lebih. 

Kedua jenis ini sama-sama efektif mempercepat dan merapikan proses tanam, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan di lapangan.

Arief menegaskan komitmen Kementan untuk memperluas akses petani terhadap teknologi pertanian melalui penyediaan alat, pelatihan, dan dukungan pembiayaan.

"Kami mengajak seluruh petani di Indonesia untuk memanfaatkan rice transplanter guna mewujudkan pertanian yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan," kata Arief.

Sebagai bentuk komitmen terhadap percepatan mekanisasi pertanian, Wapres Gibran Rakabuming Raka bersama Mentan Amran melakukan kunjungan kerja ke Desa Gempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada 24 Mei 2025.

Dalam kunjungan itu, Gibran dan Amran menanam padi bersama petani menggunakan rice transplanter walking type dengan sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo), serta menggunakan varietas unggul Inpari 32 yang memiliki potensi hasil mencapai 8–8,5 ton per hektare.

Sistem tanam Jarwo merupakan metode menanam padi dengan mengatur jarak antarbaris tanaman serta memberikan barisan kosong sebagai pemisah. Tujuannya agar tanaman padi mendapatkan efek tanaman pinggir, seperti pencahayaan matahari yang merata. 

Sistem ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas, mengurangi serangan hama dan penyakit, serta mempermudah proses pemupukan dan pengendalian hama. Oleh karena itu, sistem tanam Jarwo dinilai sebagai salah satu metode terbaik dalam budidaya padi.

Gibran menegaskan bahwa pemerintah akan terus hadir di tengah petani dan memastikan seluruh kebutuhan mereka terpenuhi. Ia juga menyampaikan bahwa cadangan beras pemerintah saat ini mencapai 3,9 juta ton, jumlah tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Sementara itu, Mentan Amran menyampaikan, penggunaan rice transplanter, yakni alat tanam padi modern, dapat membantu petani menanam padi secara lebih cepat, rapi, dan efisien.

Menurut dia, penggunaan  rice transplanter terbukti mampu meningkatkan efisiensi kerja petani, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, serta mendorong peningkatan produktivitas.  Modernisasi pertanian ini merupakan langkah strategis dalam mewujudkan swasembada pangan.

"Dengan alsintan, proses budidaya pertanian dapat dilakukan lebih cepat, efisien, dan hasilnya pun meningkat, kata Amran.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI