Israel Rusak Infrastruktur Air Gaza, Pakar PBB: Ini Bom yang Senyap Namun Mematikan

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 18 Mei 2025 | 09:36 WIB
Ilustrasi warga Palestina. (SinPo.id/OCHA)
Ilustrasi warga Palestina. (SinPo.id/OCHA)

SinPo.id - Seorang pakar PBB Pedro Arrojo-Agudo, menyebut pengrusakan infrastruktur air Gaza oleh Israel dan penolakan akses air bersih bagi warga Palestina di tengah perang yang sedang berlangsung sebagai bom yang senyap namun mematikan.

"Memutus akses air minum bagi penduduk sama saja dengan menjatuhkan bom senyap yang mengerikan kepada mereka, senyap namun mematikan," kata Pedro, dilansir dari Anadolu, Minggu, 18 Mei 2025.

Ia mengatakan, krisis air telah melanda wilayah Palestina di Gaza. Pasalnya, hampir 70 persen infrastruktur air di Gaza telah dihancurkan oleh pasukan Israel, yang menyebabkan hampir seluruh penduduk memiliki akses minimal terhadap air atau air yang terkontaminasi secara berbahaya.

Ia pun memperingatkan bahwa krisis akan semakin tidak terkendali lantaran Israel masih belum membuka blokade terhadap makanan, air, listrik, dan kebutuhan pokok lainnya sejak Oktober 2023 dan menolak masuknya bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik dan sumur desalinasi.

Oleh sebab itu, kata Pedro, penghancuran sistem air yang disengaja oleh Israel sama saja dengan menggunakan air sebagai senjata, dan air menjadi elemen kunci dari strategi perang dan strategi pendudukan Israel di seluruh wilayah Palestina.

"Serangan Israel terhadap infrastruktur air Gaza telah mengurangi akses air per kapita menjadi hanya lima liter sehari. Seseorang membutuhkan tidak kurang dari 100 liter per hari untuk kehidupan yang normal dan bermartabat,”  ungkapnya.

Terlebih, kurangnya air minum telah memicu peningkatan tajam penyakit, terutama di kalangan anak-anak. Bahkan berdasarkan data UNICEF, kasus diare pada anak-anak di bawah usia lima tahun melonjak dari 40.000 menjadi lebih dari 70.000 hanya dalam satu minggu pada awal Desember 2024 di Gaza.

Kemudian ancaman epidemi seperti disentri dan kolera semakin meningkat, sementara kadar garam yang tinggi dalam air juga menyebabkan gagal ginjal dan dehidrasi yang meluas.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI