BMKG Sebut Masyarakat Masih Salah Kaprah Soal Gempa Megathrust
sinpo, JAKARTA - Ramainya perbincangan mengenai gempa megathrust belakangan ini membuat ahli kebumian tertarik menjelaskan lebih jauh soal fenomena guncangan itu.
Pasalnya, masih banyak masyarakat yang belum tepat dan salah kaprah dalam memahaminya.
Kebanyakan masyarakat memahami gempa megathrust sebagai sesuatu yang baru dan segera akan terjadi dalam waktu dekat.
Selain itu, gempa ini dianggap berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat.
"Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat. Zona megathrust sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal," jelas peneliti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Daryono, Minggu (27/9/2020).
Dalam hal ini, kata dia, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
"Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik," ucapnya.
Ia menuturkan, jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng.
"Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai patahan naik yang besar yang kini populer disebut sebagai zona megathrust," katanya.
Lebih jauh, ia menjelaskan gempa megathrust bukanlah hal baru. Di Indonesia, zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan.
Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina dan subduksi Utara Papua.
"Saat ini segmen zona megathrust Indonesia sudah dapat dikenali potensinya," ujarnya.
Ia menambahkan, aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar.
Sebagai sumber gempa, lanjutnya, zona megathrust dapat membangkitkan gempa berbagai magnitudo dan kedalaman.
"Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru gempa kecil yang lebih banyak terjadi di zona megathrust, meskipun zona megathrust dapat memicu gempa besar," pungkas Daryono.

