Stok Cadangan Beras Pemerintah Mencatat Rekor Tertinggi dalam 57 Tahun, Capai 3,5 Juta Ton

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 05 Mei 2025 | 07:49 WIB
beras (pixabay)
beras (pixabay)

SinPo.id -  Stok cadangan beras pemerintah mencatatkan rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Pada pukul 13.16 WIB hari ini, stok yang ada di gudang Bulog mencapai angka 3.502.895 ton, sebuah pencapaian luar biasa yang dinilai sebagai tonggak penting dalam sejarah ketahanan pangan Indonesia.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa pencapaian ini tidak hanya menjadi sejarah baru, tetapi juga bukti keberhasilan kerja keras petani Indonesia dan efektivitas kebijakan pemerintah yang tepat sasaran. “Ini pertama kalinya dalam 57 tahun terakhir, stok cadangan beras pemerintah menembus lebih dari 3,5 juta ton dalam periode Januari hingga Mei,” ujar Amran, Minggu.

Selain mencetak rekor stok cadangan beras tertinggi, data historis menunjukkan bahwa lonjakan stok pada tahun 2025 ini tercatat sebagai yang tercepat sepanjang sejarah. Stok cadangan beras meningkat tajam dari 1,7 juta ton pada Januari 2025 menjadi 3,5 juta ton pada 4 Mei 2025, tanpa impor, hanya dalam waktu empat bulan.

Rekaman data stok cadangan beras yang dimiliki Bulog sejak 1969 menunjukkan bahwa angka saat ini melampaui rekor sebelumnya pada Juni 1997 yang mencapai 3.029.049 ton, menjadikannya yang tertinggi dalam sejarah dalam periode yang sama.

Lebih lanjut, serapan beras Bulog juga menunjukkan tren positif, dengan realisasi serapan 1,06 juta ton hanya dalam satu bulan terakhir (April 2025). Total serapan beras dari Januari hingga Mei 2025 tercatat sebanyak 1,8 juta ton, seluruhnya merupakan hasil serapan dari petani lokal, tanpa adanya impor beras selama periode tersebut.

“Kami bahkan harus menyewa tambahan gudang berkapasitas 1,1 juta ton untuk menampung beras hasil serapan petani. Ini menunjukkan betapa besar potensi sektor pertanian kita,” ujar Amran.

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional diperkirakan akan mencapai 18,76 juta ton hingga akhir Juni 2025. Selain itu, laporan terbaru dari United States Department of Agriculture (USDA) memperkirakan produksi beras Indonesia tahun ini akan mencapai 34,6 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di ASEAN dan memperkuat posisinya sebagai lumbung pangan strategis di tengah ancaman krisis pangan global.

Kinerja impresif ini merupakan hasil dari kebijakan strategis Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong swasembada pangan, seperti peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk, serta kenaikan harga gabah petani menjadi Rp6.500 per kilogram. Kebijakan ini memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan pangan, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Amran menegaskan bahwa pencapaian ini adalah bukti nyata dari sinergi antara kebijakan pemerintah dan semangat petani. “Kita patut bersyukur dan bangga. Saat negara lain menghadapi krisis pangan, Indonesia justru surplus beras tanpa impor. Ini bukti bahwa ketika petani diberi dukungan penuh, hasilnya bisa luar biasa,” ujarnya.

Pemerintah juga menargetkan agar angka stok cadangan beras ini terus diperkuat dan dimonitor hingga mencapai 4 juta ton. Amran optimistis angka tersebut dapat tercapai dalam waktu dekat.

Selain itu, untuk menampung hasil panen yang terus meningkat, Presiden Prabowo telah menginstruksikan pembangunan 25 ribu gudang improvisasi berbahan tahan lama di berbagai wilayah. Gudang-gudang ini dirancang untuk bertahan selama 5 hingga 10 tahun sambil menunggu pembangunan gudang permanen di setiap desa.

“25 ribu gudang improvisasi ini akan dibuat dari bahan yang dapat bertahan 5 hingga 10 tahun, sembari kita bangun gudang permanen di tiap desa,” ungkap Presiden Prabowo beberapa waktu lalu.

Keberhasilan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, meningkatkan kesejahteraan petani, dan membangun fondasi pertanian yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI