Pimpinan MPR Dorong ASEAN jadi Pelopor AI dan Aksi Iklim

Laporan: Juven Martua Sitompul
Sabtu, 03 Mei 2025 | 03:22 WIB
Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (SinPo.id/ Dok. Pribadi)
Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (SinPo.id/ Dok. Pribadi)

SinPo.id - Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mendorong negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN menjadi pelopor dalam merespons dua tantangan besar masa depan, yakni kecerdasan buatan (AI) dan perubahan iklim.

Ibas menekankan pentingnya kesiapan kolektif dan kolaborasi regional dalam menjawab disrupsi teknologi dan krisis lingkungan global.

"Ada tantangan besar yang akan membentuk hidup kita, yaitu kecerdasan buatan (AI) dan perubahan iklim. Mungkin tampak sangat berbeda, yang satu tentang teknologi, yang lain tentang lingkungan, tapi keduanya sangat besar dan mengharuskan kita untuk bersiap," kata Ibas dalam keterangannya, Jakarta, Jumat, 2 Mei 2025.

Ibas mengakui AI berpotensi luar biasa dalam dunia teknologi. Namun, Legislator dari Fraksi Partai Demokrat itu menyoroti risiko yang juga mengikutinya.

"AI bisa lebih pintar dari manusia, bisa lebih cepat dari apa pun, tapi juga bisa membawa kekhawatiran. Banyak pekerjaan akan berubah, beberapa bahkan hilang. Kita harus siap beradaptasi," ujarnya.

Menurut dia, negara-negara ASEAN memiliki keunggulan dalam nilai-nilai kemanusiaan, identitas budaya, dan empati yang tidak bisa digantikan oleh mesin.

"Kita bisa merancang dan menggunakan AI yang memanusiakan manusia. Itulah kekuatan Asia Tenggara," kata dia.

Ibas menekankan perlunya kerja sama internasional untuk menangani risiko AI. Tidak ada satu negara pun yang dapat mengelola dampak AI sendirian karena teknologi melintasi batas negara.

Di sisi lain, dia menolak anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi harus mengorbankan alam. Dia menyatakan bahwa ekonomi dan ekologi bisa berjalan beriringan, bahkan saling memperkuat.

"Itu pandangan yang picik. Jika kita mengorbankan lingkungan sekarang, keuntungan ekonomi mungkin tidak akan bertahan lama. Yang baik adalah PDB (ekonomi) tinggi, pertumbuhan berkeadilan tinggi, dan kita juga dapat menjaga lingkungan, dapat menghirup udara bersih dan meminum air bersih," kata Ibas.

Dia menyoroti langkah-langkah positif yang telah diambil Indonesia dan Malaysia, seperti larangan plastik sekali pakai dan penanaman 2 miliar pohon di Indonesia. Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa perubahan iklim adalah tantangan lintas batas.

"Seperti kata orang, kabut asap tidak memerlukan paspor untuk melintasi perbatasan, bukan? Itulah sebabnya kerja sama regional sangat penting," ucapnya.

Oleh karena itu, negara-negara ASEAN harus saling membantu tetap berpegang pada komitmen hijau. Ibas memaparkan bahwa ekonomi hijau yang sedang berkembang dapat dimanfaatkan oleh kaum muda.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI