Mentan: Tak Satu pun Negara di Dunia Ingin Indonesia Swasembada Beras
SinPo.id - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa ada pihak di luar negeri yang ingin Indonesia selalu bergantung pada impor beras dan tidak mencapai swasembada pangan, khususnya dalam produksi komoditas strategis nasional itu.
"Oh itu sudah pasti (ada negara yang ingin Indonesia tetap impor ). Sudah tidak ada satupun negara di dunia menginginkan, khususnya eksportir, menginginkan Indonesia swasembada," tegas Amran di Jakarta, dikutip Minggu, 27 April 2025.
Adapun stok cadangan beras pemerintah (CBP) secara nasional saat ini mencapai 3,18 juta ton yang ada di gudang Perum Bulog. Angka ini dinilai tertinggi dalam 23 tahun terakhir, bahkan menjadi yang tertinggi sejak Indonesia merdeka.
Data yang dihimpun menyebutkan, Indonesia terakhir kali mengimpor beras dalam jumlah besar pada 2024.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hingga November 2024, Indonesia telah mengimpor sekitar 3,85 juta ton beras, meningkat 62 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Impor ini berasal dari Thailand (1,19 juta ton), Vietnam (1,12 juta ton), dan Myanmar (642.000 ton).
Namun, pada awal 2025, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk tidak melakukan impor beras guna mendorong swasembada pangan. Sebagai gantinya, Bulog menargetkan pengadaan tiga juta ton beras dari produksi dalam negeri, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Amran mengaku telah mendapat informasi dikeluarkan oleh lembaga bernama US Department of Agriculture (USDA), yang menyebutkan jika produksi pertanian Indonesia terutama komoditas beras, mengalami peningkatan yang signifikan.
"Kemarin yang kami dapat, lembaga Amerika Serikat, itu USDA, itu mengatakan bahwa produksi Indonesia melompat tinggi dan kata-katanya itu mengecewakan eksportir negara lain," kata Amran.
Amran menyampaikan, negara-negara eksportir beras ingin Indonesia tetap menjadi pasar impor, bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Dimana, peningkatan produksi beras Indonesia membuat sejumlah negara eksportir merasa kecewa. Hal itu disebabkan berkurangnya peluang ekspor mereka ke pasar Indonesia yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama.
Namun, bagi Amran, fenomena ini adalah sesuatu yang wajar dan normatif dalam dunia perdagangan. Para eksportir itu tentunya ingin mempertahankan pasar ekspor, termasuk di sektor pangan.
"Eksportir, menginginkan Indonesia tidak swasembada, Kenapa? Kita adalah pasarnya. Itu pasti, itu normal, normatif, itu sangat normal," terang Amran.
Sebagai informasi, dalam Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu Penyuluh Pertanian, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyampaikan, ada lembaga asal AS mengungkapkan kondisi perberasan dunia, dengan Indonesia dinilai semakin kuat, sementara Thailand dan negara tetangga merasa kecewa.
Setiap tahun, ada pihak-pihak yang selalu berharap Indonesia tetap mengimpor beras, baik dari dalam maupun luar negeri. Karena mereka ingin terus menjual beras ke Indonesia.
"Tapi sebagaimana yang sudah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, bahwa tahun ini Indonesia ditargetkan tidak impor beras, tidak impor jagung, tidak impor garam konsumsi dan tidak impor gula konsumsi," kata Sudaryono.

