Antisipasi Dinamika Global, Indonesia Jajaki Pasar BRICS dan Eropa
SinPo.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia membuka peluang perluasan pasar ekspor dengan membidik negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) serta negara-negara Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP).
Hal ini sebagai langkah menghadapi dinamika perdagangan global, serta dampak kebijakan tarif resiprokal yang mungkin diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).
"Keanggotaan Indonesia yang baru dalam kelompok BRICS membuka peluang pasar yang signifikan di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat," kata Airlangga dalam keterangannya, Sabtu, 26 April 2025.
Airlangga menyampaikan, perluasan pasar ini berjalan seiring dengan upaya aktif pemerintah dalam menyelesaikan sejumlah perjanjian dagang strategis lainnya. Salah satu yang menjadi prioritas adalah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Uni Eropa (IEU-CEPA). Proses negosiasi IEU-CEPA yang sempat berjalan lambat, kini menunjukkan perkembangan positif.
Menurut Airlangga, perluasan pasar ke negara-negara BRICS, CPTPP, dan Uni Eropa sebagai bagian dari strategi jangka panjang pemerintah sangat krusial. Karena, langkah ini tak hanya respons reaktif terhadap potensi tekanan tarif AS, tetapi juga visi yang lebih luas untuk memperkuat daya saing ekspor nasional di kancah global.
Dengan memiliki diversifikasi pasar yang kuat, Indonesia akan lebih tahan terhadap gejolak ekonomi di satu negara atau kawasan tertentu. Ketergantungan yang berlebihan pada satu pasar dapat menjadi risiko besar, terutama dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang dinamis seperti saat ini.
Dalam konteks hubungan dagang dengan AS, lawatan Airlangga menunjukkan keseriusan Indonesia untuk menjaga dan mengembangkan hubungan ekonomi bilateral yang saling menguntungkan. Indonesia aktif mendorong negosiasi perdagangan bilateral dengan AS, dengan menawarkan proposal kerja sama yang komprehensif dan mengakomodasi kepentingan nasional.
Lima poin utama yang diajukan, yakni pemenuhan kebutuhan energi, akses pasar ekspor yang kompetitif, deregulasi usaha domestik, penguatan rantai pasok industri strategis dan mineral kritis, serta kerja sama iptek di sektor kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan, mencerminkan prioritas pembangunan ekonomi Indonesia saat ini dan di masa depan.
Respons positif dari para pejabat tinggi AS, termasuk dari Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), Kementerian Keuangan AS, dan Kementerian Perdagangan AS, memberikan harapan akan terjalinnya kesepakatan yang konstruktif.
Berikutnya yaitu dialog dan pembahasan teknis detail yang akan dilakukan dalam dua minggu mendatang, akan menjadi penentu arah negosiasi ini.
Keterlibatan aktif dan respons cepat Indonesia dalam proses negosiasi dengan AS, seperti yang diungkapkan oleh Menko Airlangga, dapat memberikan keuntungan strategis bagi Indonesia dalam mencapai kesepakatan yang lebih favorable.
Saat ini, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan lima sektor khusus yang akan menjadi fokus pembahasan lebih lanjut dengan pihak AS. Pembentukan kelompok kerja (working group) untuk mempercepat proses pembahasan menunjukkan komitmen pemerintah untuk menindaklanjuti peluang negosiasi ini secara efektif.
Identifikasi sektor-sektor prioritas ini memungkinkan alokasi sumber daya dan perhatian yang lebih terarah, sehingga negosiasi dapat berjalan lebih efisien dan menghasilkan hasil yang konkret.
Selain upaya bilateral, Indonesia juga aktif dalam forum multilateral untuk terus mendorong perdagangan yang adil dan setara. Penolakan terhadap pandangan bahwa kerja sama ekonomi harus bersifat zero-sum game menegaskan komitmen Indonesia terhadap prinsip saling menguntungkan dalam hubungan ekonomi internasional.
Indonesia percaya perdagangan global yang inklusif dan berkeadilan akan memberikan manfaat bagi semua pihak, mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan menciptakan stabilitas global.
Secara keseluruhan, langkah pemerintah Indonesia dalam memperluas jangkauan pasar ekspor ke negara-negara BRICS dan CPTPP, serta upaya aktif dalam menyelesaikan perjanjian dagang strategis seperti IEU-CEPA dan menjalin negosiasi yang konstruktif dengan AS, merupakan respons yang tepat dan terukur terhadap dinamika perdagangan global.
Strategi diversifikasi pasar ini akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, meningkatkan daya saing produk nasional, dan membuka peluang pertumbuhan baru di berbagai belahan dunia. Dengan pendekatan yang proaktif dan komprehensif, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menjadi pemain kunci dalam perdagangan internasional yang adil dan menguntungkan.

