Pimpinan MPR Dukung Penuh Kemajuan Industri Film Nasional

Laporan: Juven Martua Sitompul
Minggu, 13 April 2025 | 16:58 WIB
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)

SinPo.id - Wakil Ketua MPR dari Fraksi PAN Eddy Soeparno mendukung penuh kemajuan industri film nasional. Idustri ini dinilao memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dari sisi ekonomi.

Ini disampaikan Eddy saat bertemu dengan Sutradara Fajar Nugros di MPR, beberapa waktu lalu. Menurut dia, industri film nasional bisa mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen dari Presiden Prabowo Subianto jika dikelola dengan baik dan mendapat dukungan pemerintah. 

"Dengan segala potensi ekonomi, investasi dan bahkan potensi pembukaan lapangan kerja, maka dukungan pemerintah dan pengelolaan yang tepat akan membuat industri film nasional menjadi penopang target pertumbuhan ekonomi 8 persen," kata Eddy dalam keterangannya, Jakarta, Minggu, 13 Maret 2025.

Sebagai rumah rakyat sekaligus rumah kolaborasi, Eddy menegaskan MPR akan meneruskan berbagai aspirasi dari pelaku industri film nasional dan mengupayakan perubahan kebijakan yang signifikan mendorong pertumbuhan film-film Indonesia.

"Dari DPR RI tentu akan kami upayakan dialog dan diskusi dengan teman-teman di Komisi X DPR RI. Selain itu melalui sinergi dengan kepala daerah, kami juga akan mengajak untuk mendukung pengembangan industri film sebagai sarana promosi daerah. Tentu dialog dan penyampaian aspirasi juga akan diteruskan kepada stakeholders lainnya melalui ruang-ruang formal maupun informal dengan kementerian terkait," kata Eddy.

Sementara itu, Fajar Nugros mengungkapkan adanya perkembangan signifikan dari industri film nasional. Fajar menyebut melalui film nasional ada banyak potensi ekonomi, investasi, hingga membuka lapangan kerja.

"Saat ini di Indonesia tercatat ada 2100 layar lebar yang tersedia di 115 kabupaten dengan sebaran di 517 lokasi. Bayangkan dengan banyaknya kabupaten di Indonesia yang 500 sekian lebih. Masih banyak potensi yang bisa diperluas dari industri film nasional kita," kata Fajar.

"Bayangkan di Korea saat ini negara yang hanya semenanjung seperti itu ada 8000 layar yang tersebar di seluruh wilayahnya. Karena itu wajar sampai saat ini film-film Korea laku keras di seluruh dunia. Kuncinya ada pada dukungan pemerintah," timpalnya.

Fajar yang juga sutradara Film Yowis Ben dan Srimulat ini menuturkan salah satu kendala yang dihadapi sineas film adalah belum maksimalnya dukungan dari pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan, beberapa diantaranya adalah pungutan-pungutan dalam pelaksanaan syuting di daerah.

"Padahal ketika mendapat dukungan kepala daerah, syuting dilaksanakan di daerah, seharusnya kan menjadi promosi yang bisa menambah nilai jual pariwisata dan juga kunjungan ke daerah," katanya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI