Indef Nilai Respons Pemerintah Atas Tarif Impor AS Sudah Tepat

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 04 April 2025 | 22:56 WIB
Presiden AS Donald Trump (SinPo.id/ AFP)
Presiden AS Donald Trump (SinPo.id/ AFP)

SinPo.id - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan menilai, sikap pemerintah yang hati-hati merespons kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebesar 32 persen untuk Indonesia, sudah tepat. Kebijakan Trump tersebut memang tidak boleh disikapi terburu-buru. 

"Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan tidak mengambil kebijakan retaliasi (tindakan balasan) tepat. Analisis dulu secara mendalam, kemudian lakukan dialog. Saya kira ini suatu yang baik untuk dilakukan," kata Fadhil dalam 

diskusi bertajuk "Waspada Genderang Perang Dagang" dipantau virtual, Jumat, 4 April 2025

Menurut Fadhil, situasi genting yang ditimbulkan oleh Donald Trump tersebut, perlu adanya bahasa normatif yang menenangkan, bukan mengeluarkan kebijakan yang bikin masyarakat semakin panik. Apalagi, jika salah kebijakan, fiskal Indonesia bisa terjun ke jurang resesi.

Fadhil juga memuji sikap pemerintah yang akan mengirim tim lobi tingkat tinggi ke Washington DC untuk membuka ruang dialog dan negosiasi dengan pemerintah AS. Tim tersebut terdiri dari perwakilan lintas kementerian dan pejabat senior yang memiliki mandat langsung dari Presiden.

"Saya kira saya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia itu," ucapnya. 

Fadhil menilai, Indonesia sebenarnya dapat melakukan targeted retaliation atas kebijakan tarif resiprokal AS. Misalnya, dengan memberikan tarif beberapa pada produk AS, seperti kedelai yang menjadi komoditas impor terbesar Indonesia dari Negeri Paman Sam tersebut.

"Kedelai ini agriculture product yang sangat penting bagi ekspor Amerika dan juga sensitif karena ini menyangkut kehidupan petani yang sangat memiliki suatu lobby politik yang kuat di Amerika," ungkapnya. 

Jika peneganan tarif ekspor kedelai mereka terganggu, tentu pemerintah AS akan memperhatikan Indonesia. 

"Jadi, kalau misalnya mereka terganggu ekspornya itu, juga mungkin karena misalnya kita mengenakan tarif tambahan yang sepertinya halnya mereka melakukan itu, itu mungkin akan lebih diperhatikan oleh pemerintah Amerika itu," tukasnya. 

BERITALAINNYA