Kemenperin Catat 198 Pabrik Baru Bakal Serap 24 Ribu Tenaga Kerja
SinPo.id - Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menyampaikan, akan ada 24.568 lowongan kerja yang tersedia menyusul pembukaan pabrik baru yang berinvestasi di Indonesia. Berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), tercatat ratusan perusahaan berinvestasi di Indonesia
"Ini berdasarkan laporan dari SIINas, bahwa selama bulan Januari-Februari 2025, ada sekitar 198 perusahaan industri yang melaporkan mereka sedang membangun, dan mereka sedang dalam proses membangun fasilitas produksi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 24 ribu lebih," kata Febri dalam keterangannya, Jumat, 4 April 2025.
Febri mengakui, saat ini sejumlah perusahaan menutup pabrik dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Dari data Kementerian Ketenagakerjaan, tercatat sebanyak 18.610 tenaga kerja mengalami PHK pada Januari-Februari 2025. PHK delapan belas ribuan tenaga kerja itu sejalan dengan penutupan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex per 1 Maret 2025 lalu.
Kendati demikian, Febri optimistis pabrik baru yang dibuka di Indonesia jauh lebih banyak.
"Kami berempati terhadap perusahaan industri yang tutup serta tenaga kerja yang terkena PHK, namun demikian, industri baru yang sedang membangun fasilitas produksi dan menyerap tenaga kerja baru, jumlahnya tetap jauh lebih besar dari industri yang tutup dan juga menyerap tenaga kerja jauh lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang terkena PHK," ujarnya.
Kemenperin pun turut membantu memindahkan pekerja yang di-PHK ke pabrik lain di lokasi terdekat. Selain menjanjikan lowongan kerja baru, Kemenperin akan terus menjaga kondusivitas ekosistem industri terutama dengan meningkatkan permintaan domestik dan ekspor agar utilisasi industri dapat meningkat.
Menurut Febri, industri manufaktur tetap menjadi sektor andalan memacu pertumbuhan ekonomi nasional, karena berkontribusi besar terhadap penciptaan lapangan kerja.
"Hingga saat ini, industri manufaktur telah menyerap lebih dari 19 juta pekerja. Namun dengan derasnya arus produk impor barang jadi dengan harga murah masuk ke pasar domestik, tentunya mengancam keberlangsungan industri dalam negeri," paparnya.
Dengan distribusi 80 persen produk manufaktur dijual di pasar domestik, kinerja industri itu sangat bergantung pasar di dalam negeri.
Karena itu, manufaktur masih memiliki kinerja baik dan pendapatan dari 19 juta rakyat Indonesia yang bekerja pada sektor tersebut juga ikut naik.
Sebaliknya, ketika pasar domestik dibanjiri produk impor barang jadi, akan mengakibatkan tekanan yang berat pada demand domestik.
"Bahkan juga akan mengancam pendapatan rumah tangga untuk 19 juta pekerja tersebut," tukas Febri.

