BKSAP DPR Kecam Pengeboman Junta Militer Myanmar Terhadap Warga Sipil

SinPo.id - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Irine Yusiana Roba Putri, mengecam keras tindakan junta militer Myanmar yang terus melakukan pengeboman terhadap warga sipil.
Terlebih pengeboman dilakukan pasca gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter yang melanda negara tersebut. Sehingga ia mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas guna menghentikan kekerasan terhadap warga sipil.
"Kami mendesak junta militer Myanmar untuk segera menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil, terlebih di saat masyarakat sedang berusaha bertahan dari dampak gempa yang menghancurkan," kata Irine, dalam keterangan persnya, Minggu, 30 Maret 2025.
Ia juga menyerukan agar ASEAN dan PBB lebih aktif dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang terus terjadi di Myanmar. Karena aksi represif yang dilakukan oleh junta militer hanya akan memperburuk situasi dan menghambat upaya bantuan kemanusiaan bagi korban bencana.
"Indonesia sebagai bagian dari ASEAN harus mengambil peran lebih besar dalam menekan junta Myanmar agar menghentikan agresi terhadap rakyatnya sendiri. Kita tidak boleh diam terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi di sana," tegasnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk para korban gempa di Myanmar. Karena akses terhadap bantuan medis, pangan, dan tempat tinggal harus diprioritaskan.
"Kami mendorong pemerintah Indonesia, ASEAN, dan komunitas internasional untuk memberikan dukungan penuh dalam pemulihan Myanmar pasca gempa, sekaligus terus menekan junta agar menghormati hak asasi manusia dan mengakhiri kekerasan terhadap warga sipil," imbuhnya.
Diketahui, gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter terjadi pada kedalaman 10 kilometer di dekat Mandalay, Myanmar. Gempa tersebut menyebabkan lebih dari 1.600 orang tewas dan 3.400 lainnya luka-luka.
Gempa bahkan dirasakan hingga Bangkok, Thailand, menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. Namun, yang lebih mengkhawatirkan, hanya tiga jam setelah gempa terjadi, junta militer Myanmar terus melanjutkan serangan udara yang menewaskan tujuh orang.