Minggu, 30 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:28
Subuh
04:38
Zuhur
11:57
Ashar
15:13
Magrib
17:58
Isya
19:07

BGN Duga Penyebab Timnas Sering Kalah karena Persoalan Gizi

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 22 Maret 2025 | 19:13 WIB
Kepala BGN Dadan Hindayana (SinPo.id/ Ashar)
Kepala BGN Dadan Hindayana (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana bergurau, pemain sepak bola tim nasional Indonesia kerap kalah dari negara lain, ada kaitannya dengan asupan gizi ketika masih dalam pertumbuhan. Karena itu, intervensi terhadap asupan gizi seimbang bagi anak, sangat penting, supaya dapat mempengaruhi produktivitas mereka di masa depan. 

"Jadi jangan heran kalau PSSI itu sulit menang karena main 90 menit berat. Kenapa? Karena gizinya tidak bagus dan banyak pemain bola lahir dari kampung," kelakar Dadan di Kantor Kementerian PU, Jakarta Selatan, Sabtu, 22 Maret 2025. 

Namun, menurut Dadan, saat ini PSSI sudah cukup membaik dengan adanya pemain naturalisasi dari beberapa negara, yang  punya gizi lebih baik.

"Sekarang PSSI sudah agak baik. Karena 17 pemainnya merupakan produk makan bergizi di Belanda. Meskipun belum mampu mengalahkan Australia dan Jepang," tuturnya. 

Ia juga menyinggung tingkat kecukupan gizi masyarakat Jepang yang telah melaksanakan program MBG selama lebih dari satu abad.

"Apalagi Jepang yang makan bergizinya sudah 100 tahun, IQ rata-rata tertinggi di dunia di Jepang," kata dia, diiringi suara tawa hadirin.

Bagi Dadan, gizi sangat penting, tak hanya untuk meningkatkan stamina, tapi juga kecerdasan. 

"Jadi untuk olahraga sekalipun kita butuh kecerdasan. Karena untuk bisa mengoper bola dengan cermat tanpa melihat, selain melihat, butuh kecerdasan. Bisa membaca permainan lawan, dan lain-lain," paparnya.

Lebih lanjut, Dadan menyampaikan bahwa penduduk Indonesia terus bertumbuh. Namun, kelas masyarakat miskin dan rentan miskin cenderung memiliki rasio kelahiran yang lebih tinggi dibandingkan menengah atas. Sedangkan masyarakat miskin ini cenderung sulit memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Hal inilah yang menimbulkan kegelisahan Presiden Prabowo Subianto. 

"Jadi Pak Presiden (Prabowo) gelisah. Kalau kita tidak intervensi, ini kelompok ini 60 persen tidak pernah melihat menu dengan gizi serimbang," ucapnya. 

Mereka akan menganggap makanan hanya untuk bertahan hidup. Sehingga makanan yang hanya mengandung karbohidrat saja sudah dinilai membahagiakan.

"Kalau makan itu ada nasi, bala-bala, mie atau bihun, kerupuk, kecap, semua karbohidrat. Itu sudah cukup bagi mereka bahagia, yang penting anaknya bisa hidup," ujar Dadan. 

Dengan demikian, Dadan berharap kehadiran program MBG  sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) bisa menjadi solusi untuk masa depan. Adapun hingga akhir tahun ini, targetnya penyaluran MBG bisa tembus hingga 82,9 juta penerima.

"Kita berharap dengan program makan bergizi yang akan mencakup 82,9 juta ini, mulai dari ibu hamil, anak balita, sampai anak SMA itu memiliki hal strategis. Karena kita harapkan dengan investasi besar-besaran pemerintah RI akan dihasilkan SDM berkualitas 2045," tukas Dadan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI