DEN Kaji Bali Jadi Lokasi KEK Pusat Keuangan Dilengkapi Family Office

SinPo.id -
Dewan Ekonomi Nasional (DEN) merencanakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pusat Keuangan yang dilengkapi dengan Family Office di Bali untuk menarik investasi asing masuk ke dalam negeri.
"Kawasan ini akan menjadi gateway bagi dana investasi dana luar negeri yang akan masuk dan diinvestasikan ke berbagai sektor riil di Indonesia. Investor juga berkesempatan menjadi co-investor bersama Danantara ( Daya Anagata Nusantara) dan INA (Indonesia Investment Authority), " kata Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan, dalam keterangannya, Sabtu, 22 Maret 2025.
Menurut Luhut, strategi seperti ini telah terbukti sukses di Abu Dhabi, Dubai, Hong Kong, dan Singapura. Agar KEK Pusat Keuangan dan Family Office berhasil, diperlukan kebijakan yang kuat dan ekosistem yang menunjang kualitas hidup.
"Kami tidak ingin pusat keuangan ini sekadar menjadi booking centre, melainkan kawasan yang nyaman untuk bekerja dan ditinggali. Oleh karena itu, fasilitas berstandar global seperti sekolah, rumah sakit, residensial, dan perkantoran menjadi faktor penting," tuturnya.
Adapun pertimbangan pemilihan Bali sebagai lokasi potensial untuk KEK Keuangan Pusat dan Family Office, karena Pulau Dewata sudah dikenal sebagai work heaven bagi investor global dan akan menjadi salah satu kandidat wilayah Indonesia Financial Centre (IFC).
Rencana ini didiskusikan DEN bersama dengan investor Ray Dalio dan kementerian/lembaga (K/L) terkait melalui konferensi video. Diskusi itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ray. Luhut menyatakan diskusi itu mencerminkan makin intensnya upaya Indonesia dalam memperkuat sektor keuangan.
"Kami akan segera menetapkan kriteria terbaik untuk KEK ini. Jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kita harus membangun ekosistem keuangan yang progresif dan kompetitif. Bukan sekadar pendukung, tetapi akselerator utama pembangunan nasional," ungkapnya.
Lebih lanjut, Luhut mengingatkan bahwa rasio aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, dan aset asuransi terhadap PDB Indonesia masih tertinggal dibanding negara tetangga. Seperti tingkat foreign direct investment (FDI) Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, Vietnam,termasuk Dubai.
"Sementara arus modal keluar terus meningkat mencapai rata-rata US$ 20 miliar per tahun. Jika kondisi ini tidak diatasi, industrialisasi, infrastruktur, dan pertumbuhan usaha produktif akan sulit berkembang optimal, " tukasnya.