Muhammadiyah Tetapkan Hari Raya Idulfitri Jatuh pada 31 Maret 2025

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 22 Maret 2025 | 07:22 WIB
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (SinPo.id/Muhammadiyah.or.id)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (SinPo.id/Muhammadiyah.or.id)

SinPo.id - Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idulfitri, 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 M. Keputusan ini didasarkan pada hisab hakiki wujudul hilal, metode penentuan awal bulan Hijriah yang telah lama menjadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dengan metode ini, awal bulan ditetapkan jika hilal sudah wujud, yaitu setelah terjadi ijtimak sebelum matahari terbenam, bulan terbenam setelah matahari, dan piringan atas bulan berada di atas ufuk saat matahari terbenam. Jika salah satu dari kriteria ini tidak terpenuhi, maka bulan digenapkan menjadi 30 hari.

"Dalam menentukan 1 Syawal 1446 H, data astronomis menunjukkan bahwa pada Sabtu Kliwon, 29 Ramadan 1446 H atau 29 Maret 2025 M, ijtimak terjadi pada pukul 17:59:51 WIB. Namun, saat matahari terbenam di Yogyakarta (07° 48′ LS dan 110° 21′ BT), tinggi bulan masih berada di -01° 59′ 04², yang berarti hilal belum wujud," tulis keterangan resmi Muhammadiyah dikutip muhammadiyah.or.id, Sabtu, 22 Maret 2025.

Di seluruh wilayah Indonesia, bulan juga masih berada di bawah ufuk, sehingga tidak memenuhi kriteria wujudul hilal. Oleh karena itu, umur bulan Ramadan 1446 H disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Syawal 1446 H pun jatuh pada Senin Pahing, 31 Maret 2025 M.

Keputusan ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya penggunaan hisab hakiki wujudul hilal dalam penentuan awal bulan Hijriah oleh Muhammadiyah. Setelah lebih dari satu abad menggunakan metode tersebut, Muhammadiyah akan beralih ke sistem baru yang disebut Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) mulai tahun 1447 Hijriah.

Dalam sistem KHGT, bumi dianggap sebagai satu kesatuan matlak global sehingga seluruh dunia akan menetapkan awal bulan Hijriah pada hari yang sama.

"Perubahan ini diharapkan membawa kesatuan umat Islam dalam aspek waktu dan ibadah, menjawab tantangan modernitas, serta memperkuat integrasi umat di tingkat global," tutup keterangan tersebut.