Selasa, 18 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:30
Subuh
04:40
Zuhur
12:01
Ashar
15:11
Magrib
18:04
Isya
19:13

Danantara Jadi Mesin Kedua Pembangunan, PCO: Cita-cita Lama Pak Sumitro

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 26 Februari 2025 | 15:29 WIB
Deputi I Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan Muhammad Isra Ramli. (SinPo.id/Tio)
Deputi I Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan Muhammad Isra Ramli. (SinPo.id/Tio)

SinPo.id - Deputi I Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Muhammad Isra Ramli menyampaikan, gagasan lahirnya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) merupakan ide lama dari Sumitro Djojohadikusumo atau ayah dari Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Isra, begawan ekonomi Indonesia itu ingin menciptakan mesin kedua pembangunan, selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

"Cita-cita lama Pak Sumitro untuk menciptakan mesin kedua pembangunan. Jadi mesin pertamanya itu adalah APBN yang setiap tahun itu habis, tapi harus ada mesin kedua yang lebih besar dan akumulatif," kata Isra dalam diskusi Nawasena bertajuk "Terbaik Cepat Wujudkan Transformasi Bangsa" di Horison Ultima, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Februari 2025. 

Isra menjelaskan, ide Sumitro ini tidak dipakai oleh Presiden Soeharto kala itu. Justru gagasan tersebut diadopsi beberapa negara ASEAN. Singapura mendirikan Temasek, dan Malaysia dengan Khazanah Berhad. 

"Ide ini dulu sama Pak Harto disampaikan ke Lee Kuan Yew, ke Mahathir Muhammad, ke pimpinan -pimpinan di ASEAN. Sama mereka dikerjakan Pak," tuturnya. 

Adapun tujuan pembentukan Danantara, untuk mengonsolidasikan seluruh kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh BUMN. Pengelolaan Danantara diharapkan dapat mengubah cara pengelolaan kekayaan bangsa demi kesejahteraan rakyat. Hal ini sebagaimana dibuktikan dengan komitmen dalam pengelolaan secara disiplin dan tata keuangan yang bertanggung jawab.

Isra menyampaikan, sekitar 40 tahun berlalu, saat Prabowo menjadi Presiden RI gagasan tersebut baru dipakai oleh Indonesia, dengan meluncurkan Danantara. 

Sebab, jika hanya mengandalkan BUMN, meski mendapat tugas menyediakan layanan dan kebutuhan rakyat, tapi pada dasarnya berputar kepada kepentingan perusahaannya sendiri. 

"Nah, kita pengen ada mesin kedua yang bisa mengkonsolidasikan itu," kata dia.

Lebih lanjut, Isra menegaskan, potensi keuangan negara yang bisa dikelola Danantara cukup besar mencapai USD 900 miliar atau sekitar Rp 14.715 triliun (kurs Rp 16.350) atau kurang lebih hampir lima kali lipat dana APBN. Dengan pengelolaan yang baik, tidak perlu lagi Indonesia berusaha mati-matian mendatangkan investasi dari luar negeri. 

"Sehingga kita tidak perlu lagi mengemis-ngemis kepada negara lain untuk membiayai investasi di Indonesia," ucapnya. 

Sedangkan bila hanya mengandalkan APBN akan kurang maksimal. Kendati telah mencoba adanya penghematan, namun seluruh APBN sejatinya merupakan anggaran rutin yang telah terikat dengan kewajiban-kewajipan negara, seperti pembiayaan rutin, transfer ke daerah, pembayaran hutang dan bunga, serta lain-lainnya. 

"Jadi ruang fiskalnya itu tipis, kecil. Karena itulah beliau membuat terobosan- terobosan untuk memperbesar ruang fiskal tadi. Ruang fiskal salah satunya misalnya dengan didirikannya Danantara," tutupnya.

BERITALAINNYA