Airlangga dan Bos EGA Sepakat Tindakalanjuti Kerja Sama Produksi Aluminium di Indonesia

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 16 Februari 2025 | 11:33 WIB
Menko Airlangga dan CEO EGA Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban. (SinPo.id/dok. EKON)
Menko Airlangga dan CEO EGA Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban. (SinPo.id/dok. EKON)

SinPo.id - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan CEO Emirate Global Aluminium (EGA) Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban menggelar pertemuan membahas kelanjutan rencana kerja sama pengembangan produksi aluminium, melalui pengembangan Smelter yang mengolah Bauksit di Indonesia.

Dalam pertemuan di sela-sela acara the World Government Summit 2025 itu, CEO Abdulnasser menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai salah satu pemain utama di industri aluminium. Namun, perlu pembahasan lebih lanjut untuk memetakan proyek-proyek yang dapat dikerjasamakan.

"Indonesia adalah negara potensial di sektor aluminium, oleh karena itu perlu terus dilakukan feasibility study guna mengukur efisiensi produk Aluminium Indonesia," kata Abdulnasser dalam keterangannya, Minggu, 16 Februari 2025. 

EGA merupakan perusahaan produsen aluminium premium terbesar di dunia, yang memiliki smelter aluminium di Dubai dan Abu Dhabi, dan merupakan perusahaan industri terbesar di Persatuan Emirat Arab (PEA) di luar sektor minyak dan gas. 

EGA telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama strategis dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dalam mendorong ekspansi produksi dan sekaligus mendorong hilirisasi industri aluminium yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk Indonesia.

 Abdulnasser menyatakan EGA telah menyepakati kerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) untuk memperluas Smelter di utara Sumatera hingga 400.000 Ton/ tahun.

Namun, proyek kerja sama tersebut belum terealisasi karena faktor tingginya biaya listrik dan pasokan listrik rendah karbon, yang digunakan untuk memproduksi aluminium hijau.

Adapun EGA telah melakukan pengembangan teknologi secara mandiri dalam hal peleburan aluminium, dan melakukan berbagai studi untuk penggunaan teknologi tinggi di Smelter INALUM Kuala Tanjung Sumatera Utara untuk mencapai peningkatan produksi hingga 400.000 ton per tahun. 

Sehingga diharapkan akan bisa mengeksplorasi potensi-potensi baru dalam sektor industri pengolahan aluminium di Indonesia.

Abdulnasser menerangkan, EGA menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga pengolahan aluminium dan berencana akan menjajaki alternatif pengembangan energi bersih di Indonesia

Terlebih Indonesia juga sedang mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengembangan hidrokarbon, serta teknologi baru yang meliputi hidrogen, nuklir, dan baterai.

"Dengan kemampuan dan teknologi maju yang kami gunakan, dan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia akan menghasilkan alumina terbaik dalam jumlah yang besar," kata Abdulnasser.

Sementara itu, Menko Airlangga mengungkapkan akan berkoordinasi dengan Inalum untuk menindaklanjuti kerja sama yang sebelumnya sudah disepakati.

Selain itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa stakeholder terkait juga perlu dilibatkan untuk percepatan implementasi komitmen kerja sama.

"Kerja sama perlu dilakukan dengan pihak lain seperti PLN untuk mengembangkan tenaga listrik rendah karbon guna memenuhi pasokan listrik yang mencukupi untuk produksi aluminium," kata Airlangga

Airlangga menegaskan bahwa kerja sama ini harus memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dan melibatkan sektor swasta di Indonesia.

"Perlu dipastikan bahwa kerja sama sektor aluminium ini memiliki dampak ekonomi yang besar terutama dalam penciptaan lapangan kerja," ujar Menko Airlangga.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI