Minggu, 30 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:28
Subuh
04:38
Zuhur
11:57
Ashar
15:13
Magrib
17:58
Isya
19:07

Guru Besar UMY: Kedatangan Erdogan Bukti Indonesia Spesial Bagi Turki

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 13 Februari 2025 | 14:44 WIB
Presiden RI Prabowo Subianto menyambut kedatangan Presiden Turki Erdogan. (SinPo.id/Setpres)
Presiden RI Prabowo Subianto menyambut kedatangan Presiden Turki Erdogan. (SinPo.id/Setpres)

SinPo.id - Guru Besar Ekonomi Politik Internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Faris Al Fahdhat menilai, kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia, menunjukkan hubungan diplomatik kedua negara, memang sangat erat dan spesial. 

Terlebih, dalam kunjungan ini, Erdogan dan Presiden Prabowo Subianto juga meghasilkan 13 kesepakatan kerja sama mencakup banyak hal, baik bidang pendidikan, perdagangan, kesehatan, keagamaaan, pertahanan, pertanian, teknologi, energi dan sumber daya mineral, media, industri hingga investasi pembuatan pabrik drone di Indonesia. 

 "Ini menunjukkan, makna dari kunjungan ini bagaimana kedua negara ini sebenarnya memiliki hubungan yang sangat panjang, erat dan spesial. Sulit untuk melihat kerjasama yang begitu erat selama ini," kata Faris saat dihubungi SinPo.id, Kamis, 13 Februari 2025. 

Faris menjelaskan, kunjungan Erdogan yang membawa begitu banyak tim, dan disambut baik oleh Prabowo, juga menunjukan hubungan kedua pemimpin negara sangat harmonis, di tengah kondisi geopolitik, geoekonomi global yang tidak menentu. 

Kendati pada Desember 2024  lalu, di forum KTT Eight (D-8) di Kairo, Mesir, sempat dihebohkan pemberitaan mengenai Erdogan yang meninggalkan ruangan saat Prabowo pidato. Namun, Kemlu RI dan Dubes Turki untuk Indonesia sudah memberikan klarifikasi bahwa keluar masuk ruang meeting, termasuk di forum PBB, merupakan hal lumrah, ketika ketua delegasi menggelar pertemuan paralel (bilateral), di saat berlangsungnya pertemuan internasional. 

"Itu sebenarnya menurut saya, ya saya kira itu tidak terlalu, karena kita tidak tahu konteksnya, ya. Saya kira itu tidak menunjukan keretakan sebenarnya, justru kita melihat bagaimana ini kedua negara menjaga hubungan yang sangat baik. Misalnya pedagangan kedua negara pun terus membaik, " kata Faris. 

Faris juga mengingatkan agar 13 poin MoU yang dihasilkan Indonesia - Turki  benar-benar dilaksanakan dengan baik. Tujuannya supaya kedua negara saling menguntungkan. 

Sebab, saat ini Presiden Prabowo sedang memangkas atau efisiensi anggaran, yang berpotensi juga berpengaruh terhadap kerja sama dengan negara mitra. 

 "Saya kira harapan kita bahwa kerjasama ini betul-betul memperkuat hubungan Indonesia dengan Turki. Karena kedua negara ini kan sudah memiliki hubungan yang sangat baik. Hanya memang harapannya kerjasama ini tidak berhenti sebatas penandatangann. Tetapi betul-betul bagaimana ini bisa direalisasikan.Dan yang paling penting sebenarnya bagaimana mendorong pertumbuhan kerjasama ekonomi kedua negara. Karena itu yang paling dibutuhkan Indonesia saat ini," kata Faris. 

Disisi lain, Faris juga menekankan, kunjungan Erdogan yang bertepatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki ini, harus didorong agar kedua negara, mengambil peran atau terlibat lebih aktif dengan peran lebih besar lagi di panggung politik global. Karena, Indonesia dan Turki mewakili negara berkembang dengan mayoritas penduduknya muslim.  

"Nah, saya rasa penting bagi kedua negara ini mendorong satu sama lain dalam lingkup politik yang lebih luas di luar, misalnya menyerukan perdamaian pada konflik Israel Palestina, dan forum-forum yang lebih besar. Sehingga dua negara yang memiliki tradisi besar ini bisa memaksimalkan peran mereka di luar kerjasama kedua negara ini," tukas Faris. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI