Puluhan Tahun Terisolasi, Legislator Gerindra Sebut Kondisi Kilmuri Bentuk Kekerasan Anak

SinPo.id - Anggota Komisi VIII DPR RI Alimuddin Kolatlena menyoroti kondisi memprihatinkan yang dialami anak-anak di Kecamatan Kilmuri, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.
Dia menyebut selama puluhan tahun wilayah tersebut tidak memiliki akses jalan dan jembatan. Sehingga, menghambat aktivitas sehari-hari, terutama anak sekolah.
"Di Maluku, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kecamatan Kilmuri, tidak ada akses jalan dan jembatan selama puluhan tahun,” kata Kolatlena dalam rapat bersama KPAI, dikutip Rabu, 5 Februari 2025.
Kolatlena mengatakan kondisi infrastruktur yang buruk menyebabkan anak-anak sekolah dasar di Kilmuri harus mempertaruhkan nyawa setiap hari untuk bisa menuntut ilmu.
"Anak-anak sekolah dasar harus menyeberangi 12 sungai besar untuk sampai ke sekolah," ucapnya.
Lebih parah lagi, kata dia, sungai-sungai tersebut bukan hanya memiliki arus deras dan rawan banjir, tetapi juga dipenuhi buaya yang mengancam keselamatan warga.
"Anak SD itu setiap hari pergi ke sekolah harus menyeberangi sungai dengan berenang. Mereka mengangkat pakaian sekolah dan buku, lalu berenang menyeberangi sungai. Setelah sampai di seberang, barulah mereka mengganti pakaian seragam," kata dia.
Legislator dari Fraksi Partai Gerindra itu menegaskan bahwa kondisi ini bukan hanya masalah aksesibilitas, tetapi juga bentuk kekerasan terhadap anak.
"Mereka dihadapkan pada ancaman banjir, derasnya arus sungai, dan buaya. Itu adalah bagian dari kekerasan terhadap mental, fisik, dan psikologi anak-anak sekolah," tegasnya.
Legislator dari Fraksi Partai Gerindra itu menyatakan kasus kekerasan terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, masih sangat tinggi di berbagai daerah.
"Saya pikir semua punya pengalaman masing-masing di daerah kita terhadap kasus-kasus kekerasan, baik kepada perempuan maupun anak, yang begitu tinggi," ujarnya.
Sebagai Wakil Rakyat dari Maluku, dia meminta pemerintah untuk menyediakan program konkret yang dapat menjangkau masyarakat di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
"Saya minta dari ibu, apa kira-kira program yang memang bisa sampai kepada teman-teman kita di wilayah 3T?" katanya kepada pihak KPAI dalam rapat tersebut.
Kondisi yang dihadapi anak-anak di Kilmuri menjadi tamparan keras bagi pemerintah yang hingga kini belum memberikan solusi nyata. Terlebih, mereka harus terus bertaruh nyawa hanya demi bisa bersekolah.