Legislator PAN Minta Malaysia Tuntaskan Kasus Penembakan PMI Secara Objektif

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 29 Januari 2025 | 13:50 WIB
Anggota Komisi IX DPR Surya Utama (Uya Kuya). (SinPo.id/Antara)
Anggota Komisi IX DPR Surya Utama (Uya Kuya). (SinPo.id/Antara)

SinPo.id - Anggota Komisi IX DPR Surya Utama (Uya Kuya) mendesak otoritas Malaysia menyelidiki kasus penembakan pekerja migran Indonesia (PMI) secara menyeluruh dan objektif. Hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia selama ini harus menjadi dasar untuk menuntaskan kasus tersebut.

"Jadi kita minta Malaysia juga harus tuntaskan kasus ini secara menyeluruh dan fair. Dengan objektif lah. Dan segera beri izin kepada PMI yang luka-luka bertemu dengan konsuler kita," kata Uya Kuya dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Jakarta, Rabu, 29 Januari 2025.

Uya Kuya menyesalkan insiden penembakan terhadap lima PMI oleh Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) di perairan Tanjung Rhu, Malaysia, tersebut. Apalagi, insiden itu mengakibatkan satu PMI meninggal dunia.

Uya Kuya mengkritik lambannya akses kekonsuleran yang diberikan Malaysia kepada perwakilan Indonesia untuk bertemu para korban.

"Karena yang saya dengar, konsuler masih belum bisa diizinkan bertemu untuk mendengar penjelasan dari pihak WNI yang luka-luka. Jadi baru dapat izin itu hari Rabu untuk bertemu mereka. Jadi sangat disesalkan. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi," ujarnya.

Di sisi lain, Legislator dari Fraksi PAN itu memahami bahwa Malaysia memiliki hak untuk menegakkan hukum di wilayahnya, tetapi ia mengkritik penggunaan kekuatan berlebihan dalam penanganan insiden tersebut.

"Kita sangat sayangkan ini terjadi. Walaupun di satu sisi ini adalah hak dari Pemerintah Malaysia untuk menegakkan hukum di sana, tapi di satu sisi kan kita menyesalkan kenapa sampai ada korban," katanya.

Dia mendorong pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengawasan terhadap praktik ilegal pengiriman PMI yang dilakukan oleh calo dan mafia. Uya mengungkapkan bahwa masih banyak PMI yang diberangkatkan secara ilegal melalui jalur alternatif, seperti Kalimantan, meskipun pengawasan di perbatasan Batam telah diperketat.

"Karena kebanyakan yang diberangkatkan adalah orang-orang yang tidak punya pengetahuan secara benar, tidak teredukasi baik tentang pekerja legal itu gimana. Sampai sana mereka dipekerjakan di ladang, di tempat-tempat di pabrik, gaji kadang enggak dikasih, pulang pun enggak bisa," katanya.

Sebelumnya, insiden penembakan terhadap lima PMI non-prosedural oleh APMM terjadi sekitar pukul 03.00 dini hari waktu Malaysia pada Jumat, 24 Januari 2025.

Insiden penembakan tersebut mengakibatkan seorang pekerja migran meninggal dunia, satu lainnya dalam kondisi kritis, dan tiga orang dirawat di beberapa rumah sakit di Selangor, Malaysia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI