Miris, Warga Maros Berebut Air dengan Bebek di Empang

Laporan:
Senin, 13 Agustus 2018 | 11:01 WIB
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Maros, sinpo.id - Sebuah pemandangan memilukan terlihat di wilayah Maros, Sulawesi Selatan. Ratusan warga daerah pesisir itu terpaksa berebut air dengan bebek di empang yang kotor untuk mandi dan mencuci.

Sejak musim kemarau berkepanjangan, beberapa daerah di Indonesia memang terdampak krisis air, salah satunya Maros. Sebut saja di dusun Mangara Bombang, Desa Ampekale, Kecamatan Bantoa, Maros, Sulawesi Selatan, yang tiap pagi dan sore menjelang terlihat pemandangan yang membuat hati kian pilu.

Puluhan, bahkan mungkin bisa mencapai ratus warga setempat terpaksa mengambil air di sebuah empang yang kotor, keruh dan berlumpur untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Yang lebih membuat air mata Anda mengalir deras lagi ialah terdapat fakta bahwa empang tersebut juga merupakan tempak bebek-bebek ataupun hewan ternak mereka mengambil air.

Warga setempat tak punya pilihan lain, setelah dua sumur mereka mulai mengering sejak beberapa bulan terakhir karena kemarau berkepanjangan.

Bukannya tak ada air bersih. Tetapi mendapatkannya itu harus penuh dengan jerih payah hingga kocek yang dalam. Warga bisa mendapatkan air bersih dengan cara membeli dari warga lainnya yang memiliki mobil pengangkut air dan bak penampungan. Air bersih yang mereka beli biasanya hanya digunakan untuk minum dan memasak.

"Sudah hampir dua bulan kondisinya begini. Air (empang) ini kita gunakan untuk mandi dan mencuci, tapi kami tawas dulu biar tak keruh. Kalau untuk minum kami beli dari pengantar air. Harganya itu Rp 5.000 untuk tiga jerigen ukuran 10 liter," ungkap Sintia, salah seorang warga setempat.

Warga yang mengambil air di empang ini, rata-rata perempuan dan anak-anak. Ada yang menggunakan kendaraan, namun adapula yang berjalan kaki sejauh dua kilometer sambil menjunjung ember atau jerigen yang berisi air dari empang itu. Buka hanya sekali, mereka harus pulang balik hingga dua atau tiga kali setiap pagi dan petang.

"Sudah biasa kita begini setiap tahun, jadi sudah tidak dirasa capeknya. Yah dari pada kita beli air, kan otomatis kasi keluar uang lagi. Kalau bisa dikerjakan kenapa harus membeli," lanjutnya.

Tak hanya orang dewasa, puluhan anak-anak usia sekolah pun terlihat ikut membantu orang tua mereka mengambil air di empang itu. Ada yang menggunakan gerobak, ada pula yang menggunakan sepeda. Setiap pulang sekolah, mereka mampir untuk mengambil air dengan menggunakan jerigen lima liter. 

"Biasanya kalau pergi sekolah kita bawa jerigen lalu di isi dulu. Pulangnya baru kita bawa. Nah sore, kita datang lagi ambil air, biasanya sampai lima kali sehari pulang pergi pakai sepeda begini," kata seorang anak SD, Rahmah.

Kondisi yang dialami oleh warga ini sudah setiap tahun dirasakan saat musim kemarau. Selain karena wilayahnya berada di dekat laut yang nyaris tidak ada mata air bersih, aksesnya yang jauh juga membuat pemerintah tidak bisa memasang instalasi air bersih dari perkotaan.

Hanya saja, warga berharap pemerintah mau memberikan bantuan air bersih secara gratis. Pasalnya, warga pesisir wilayah utara Maros ini kebanyakan warga kurang mampu, sehingga untuk membeli air bersih yang telah disediakan, pun mereka merasa sangat berat.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI