PBB Prihatin dengan Keputusan Trump Hentikan Bantuan Asing dari AS
SinPo.id - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyatakan keprihatinannya tentang keputusan Presiden Donald Trump untuk menghentikan sementara bantuan asing dari Amerika Serikat (AS) karena pemerintahannya mempromosikan agenda "America First".
"Dia menyerukan agar pengecualian tambahan dipertimbangkan untuk memastikan pengiriman berkelanjutan dari kegiatan pembangunan dan kemanusiaan yang penting bagi masyarakat yang paling rentan di seluruh dunia," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, dilansir dari Al Jazeera, Selasa 28 Januari 2025.
"Kehidupan dan mata pencaharian mereka bergantung pada dukungan ini. Dan saat ini kami sedang memetakan apa arti (keputusan pemerintahan Trump) dan dampak yang akan ditimbulkannya," imbuhnya seraya menambahkan bahwa AS adalah salah satu penyedia bantuan terbesar di dunia.
Trump menandatangani perintah eksekutif tak lama setelah ia dilantik, untuk memerintahkan semua lembaga pemerintah federal agar memberlakukan jeda 90 hari pada bantuan pembangunan asing dan meninjau program-program yang ada.
Beberapa hari kemudian, Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah memo bahwa mereka menangguhkan hampir semua pendanaan baru untuk program bantuan luar negeri dengan pengecualian untuk sekutu utama AS di Timur Tengah, yakni Israel dan Mesir, serta pengecualian untuk bantuan pangan darurat dan biaya terkait.
“Presiden Trump menyatakan dengan jelas bahwa Amerika Serikat tidak akan lagi membabi buta memberikan uang tanpa imbalan bagi rakyat Amerika,” kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.
Namun, para ahli mengecam keputusan pemerintahan Trump, dengan mengatakan bahwa hal itu akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi orang-orang di seluruh dunia.
Michael Schiffer, yang menjabat sebagai asisten administrator biro Asia Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dari tahun 2022 hingga 2025 mengatakan, penghentian bantuan asing, bahkan untuk sementara, akan menghasilkan kehancuran yang dapat diprediksi.
“Anak-anak akan mati. Keamanan nasional kita akan terkikis. Aliansi Amerika akan menderita. Mitra AS akan terancam. Dan musuh-musuh Amerika akan bersukacita,” kata Schiffer memperingatkan.
Sementara Jeremy Konyndyk, presiden Refugees International dan mantan pejabat USAID di bawah mantan Presiden Joe Biden dan Barack Obama, juga mengatakan perintah penghentian kerja global atas bantuan asing akan menelan banyak sekali nyawa jika tetap diberlakukan.
Pasalnya, Konyndyk mencatat bahwa bantuan luar negeri AS selama ini digunakan untuk mengatasi kelaparan di Sudan, mendukung para pengungsi di Afrika dan Asia, serta mendanai program pengobatan HIV/AIDS di seluruh dunia.
"Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menjalankan kebijakan ini akan membunuh banyak orang. Hal ini juga akan merusak kredibilitas global AS di sebagian besar dunia, di mana program bantuan kami merupakan bagian besar dari kemitraan negara kami," pungkasnya.

