Ikan Bandeng hingga Jeruk Simbol Penghormatan Tradisi Imlek

SinPo.id - Makanan yang disajikan saat perayaan Imlek, tidak harus lengkap. Karena makanan itu bukan sebuah kewajiban yang harus ada, tetapi lebih sebagai simbol penghormatan untuk menjaga tradisi Imlek.
"Makanan khas seperti ikan bandeng jumbo, jeruk, kue keranjang, dan hidangan lainnya memang menjadi simbol penting dalam tradisi Imlek, tetapi keberadaannya sebenarnya tidak wajib," kata Wakil Sekretaris Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Anthony Leong saat dihubungi SinPo.id, Senin, 27 Januari 2025.
Anthony menjelaskan, kehadiran makanan-makanan, seperti ikan bandeng jumbo, jeruk, kue keranjang, pangsit, mi panjang umur, bebek, ayam utuh, dan lain sebagainya, lebih kepada upaya menjaga tradisi dan makna filosofis yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut dia, setiap hidangan membawa doa dan harapan khusus. Seperti ikan yang melambangkan kelimpahan, jeruk yang menyimbolkan keberuntungan, atau kue keranjang yang menjadi simbol harmoni dan kemajuan hidup. Meski begitu, perayaan Imlek tetap bermakna, kendati makanan tersebut tidak hadir secara lengkap di atas meja.
"Bagi sebagian keluarga, makanan-makanan ini dianggap 'harus ada' sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur. Namun, di keluarga lain yang mungkin lebih modern atau menghadapi keterbatasan tertentu, makanan ini bisa disesuaikan," kata dia.
Anthony mencontohkan hidangan yang bisa sesuaikan, misalnya jeruk mandarin yang identik dengan Imlek, sering digantikan dengan jeruk lokal yang lebih terjangkau, ikan bandeng jumbo mungkin tidak selalu ada dan diganti dengan jenis ikan lain.
"Pada akhirnya, inti dari tradisi ini adalah kebersamaan keluarga dan doa untuk tahun yang lebih baik," kata dia.
Selain itu, banyak makanan lain yang juga sering hadir di perayaan Imlek, seperti ayam atau bebek utuh yang melambangkan keharmonisan keluarga, tahu yang menyimbolkan kesederhanaan dan kemurnian, hingga lontong cap go meh yang khas peranakan sebagai wujud harmoni antara budaya Tionghoa dan lokal Indonesia. Ada pula bakpao dan kue ku, makanan tradisional Tionghoa yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan.
"Yang paling penting dari semua ini adalah makna di balik perayaan Imlek itu sendiri. Tradisi makanan bukanlah kewajiban mutlak, melainkan cara untuk menyampaikan harapan, doa, dan nilai-nilai kebersamaan, " tuturnya.
Untuk itu, kata Anthony, jika ada keterbatasan dalam menyediakan makanan tradisional tertentu, perayaan tetap sah dan bermakna selama esensi Imlek, yaitu kebahagiaan, rasa syukur, dan kebersamaan keluarga, tetap terjaga.
"Dengan demikian, semangat Imlek terus hidup dalam hati masyarakat, baik melalui makanan, doa, maupun kehangatan hubungan antaranggota keluarga," tukasnya.