Waketum Gerindra: Soal Dokumen Rahasia AS Tentang Prabowo, Itu Isu Basi Buat Gerindra
Jakarta, sinpo.id - Dokumen rahasia Amerika Serikat (AS) yang dirilis NSA menyebut Eks Danjen Kopassus, Prabowo Subianto yang kini Ketua Umum Partai Gerindra merupakan pihak yang memerintahkan penghilangan paksa aktivis pada tahun 1998 silam.
Data itu dianggap sebagai isu basi yang terus didaur ulang oleh Partai Gerindra.
Dokumen-dokumen itu mengemukakan berbagai jenis laporan pada periode Agustus 1997 - Mei 1999. Seperti dilansir BBC Indonesia, pada Rabu (25/7/2018), sebagian dokumen berisi soal percakapan staf Kedutaan AS di Jakarta dengan pejabat-pejabat Indonesia. Dokumen lainnya adalah laporan para diplomat mengenai situasi di Indonesia.
Dikutip dari Detikcom Kamis (26/7/2018) yang lalu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan "Secara umum, isu penculikan ini adalah isu daur ulang yang sudah basi. Kami harap kita semua tidak ikut menggoreng isu tersebut, lebih baik kita konsentrasi bagaimana mengatasi situasi ekonomi yang sekarang semakin sulit," ujar Dasco.
Salah satu dokumen merupakan telegram berisi percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth dan Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto.
Arsip tertanggal 7 Mei 1998 itu mengungkap catatan staf Kedutaan Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang tiba-tiba menghilang. Catatan tersebut memuat bahwa para aktivis yang menghilang boleh jadi ditahan di fasilitas Kopassus di jalan lama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor.
Hasil percakapan seorang staf politik Kedutaan Besar AS di Jakarta dengan seorang pemimpin organisasi mahasiswa memunculkan nama Prabowo Subianto. Narasumber tersebut mengaku mendapat informasi dari Kopassus bahwa penghilangan paksa dilakukan Grup 4 Kopassus. Informasi itu juga menyebutkan terjadi konflik di antara divisi Kopassus bahwa Grup 4 masih dikendalikan Prabowo.
"Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto," sebut dokumen tersebut.
Dasco menepis isi dokumen itu.
Ia mengatakan "Data tersebut sangat tidak akurat dan tidak benar, sumbernya juga hanya merujuk keterangan seorang pemimpin organisasi mahasiswa yang bersifat sangat asumstif," jelasnya.
Kesaksian dalam dokumen NSA itu disebutnya bersifat testimonium di auditu (kesaksian katanya). Dasco juga mengatakan keterangan dalam dokumen tersebut tidak memiliki relevansi.
Lebih lanjut, Dasco mengingatkan putusan pengadilan soal kasus Tim Mawar terkait penculikan aktivis 1998. Dia menegaskan tak ada nama sang ketum dalam putusan tersebut.
"Putusan pengadilan kasus Tim Mawar jelas sekali tidak ada nama Pak Prabowo," jelas Dasco.
Disisi lain, aktivis 1998 yang kini menjabat sebagai Ketua DPP Partai Gerindra, Desmond J Mahesa, juga tegas membantah keterlibatan Prabowo dalam penculikan tempo lalu. Desmond menyebut Prabowo malah menyelamatkannya.

