Dapur Makan Bergizi Gratis Depok Manfaatkan Bahan Baku dari Pertanian Lokal dan UMKM

Laporan: Tio Pirnando
Senin, 06 Januari 2025 | 15:37 WIB
Suasana kesibukan dapur MBG Kebayunan. (SinPo.id/Tio)
Suasana kesibukan dapur MBG Kebayunan. (SinPo.id/Tio)

SinPo.id - Dapur Kebayunan, salah satu mitra Badan Gizi Nasional (BGN), memproduksi 16.203 porsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) setiap harinya untuk didistribusikan ke 39 sekolah. Dapur ini memanfaatkan hasil pertanian lokal sebagai bahan baku, mengingat lokasinya yang berada di perkampungan, sehingga memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut.

"Kebetulan dapur kebayunan ini terletak di kampung, kalau lihat di belakang dapur ini dibelakangnya ada (kebun) bayam, ada kangkung. Salah satu melibatkan petani adalah bahan baku kami mengambil langsung dari petani. Seperti hari ini, di dapur 4 menunya ada bayam ditentukan oleh ahli gizi BGN, "kata Kepala Dapur Kebayun Novia Ayu di lokasi, Senin, 6 Januari 2025. 

Novia menjelaskan, pihaknya juga menggandeng UMKM lokal untuk memasok bahan baku setiap hari. Dapur Kebayunan, yang merupakan dapur MBG terbesar di Kota Depok, membutuhkan pasokan bahan makanan dalam jumlah besar.

"Terkait bahan baku kami tidak hanya menggunakan hnya satu suplayer, kami menghimpun para pedagang-pedagang itu untuk kami minta menyiapkan bahan baku. Karena memang khusus dapur kebayunan bahan baku yang disiapkan lumayan besar dalam sehari," tuturnya. 

Dalam hal pengolahan bahan baku, Dapur Kebayunan mengikuti petunjuk teknis (juknis) yang telah ditetapkan oleh BGN. Mulai dari pengolahan bahan baku, pembukaan segel makanan, hingga pendistribusian ke sekolah-sekolah, semuanya memenuhi standar yang ditetapkan oleh BGN.

"Karena memang ada klasifikasi dari setiap item tadi, dari pengolahan bahan baku punya sendiri, dari SDM punya sendiri, dari distribusi pun punya sendri," ucap dia. 

 

Untuk penyimpanan bahan baku, baik yang kering maupun basah, Dapur Kebayunan juga telah memenuhi standar BGN.

Novia menambahkan, setiap dapur memiliki 46 orang tenaga kerja yang terdiri dari chef, helper kitchen, packer, sopir, asisten lapangan, office boy, dan pencuci piring, dengan jam kerja yang berbeda-beda. Para koki dan helper bekerja dari pukul 12.00 WIB hingga 04.00 WIB, sementara packer melanjutkan tugasnya. Makanan mulai didistribusikan pada pukul 06.00 WIB.

"Setelah distribusi selesai, ada pengembalian ompreng. Krena kebetulan tempat kami ini tidak menggunakan box atau menggunakan plastik makanan, tapi menggunakan ompreng stainles Sus304 yang memang perlu ada treatment tersendiri. Kami ada SDM-nya dalam satu dapur kurang lebih 10-12 mencuci ompreng," papar Novi.

Semua proses di dapur ini berada di bawah pengawasan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) dari BGN, yang memastikan pengelolaan dapur berjalan sesuai standar. Setiap dapur MBG memiliki dua SPPI, satu ahli gizi, dan satu akuntan yang bertanggung jawab atas penyusunan menu, distribusi ke sekolah-sekolah, serta evaluasi pelaksanaan program.

"Dalam satu dapur kami ada namanya SPPI, beliau adalah dari BGN yang selalu mengevaluasi pelaksanaan di dapur kami," kata Novi," kata Novia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI