Demi Swasembada Pangan, Menteri PU Kebut Pembangunan 61 Bendungan hingga 2026

Laporan: Tio Pirnando
Senin, 16 Desember 2024 | 11:32 WIB
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo. (SinPo.id/dok. Kemen PU)
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo. (SinPo.id/dok. Kemen PU)

SinPo.id - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, pihaknya akan mempercepat penyelesaian 61 bendungan dan melakukan rehabilitasi, modernisasi jaringan irigasi di seluruh Indonesia hingga 2026.

Hal ini guna mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai swasembada pangan.

"Kalau dari Kementerian PU yang menjadi dasar dalam mendukung swasembada pangan adalah bendungan. Hingga saat ini, sudah terbangun 47 bendungan. Di tahun mendatang akan kita lanjutkan, dengan jumlah total hingga 2026 adalah 61 bendungan," kata Dody dalam keterangannya, Senin, 16 Desember 2024.

Menurut Dody, bendungan adalah salah satu tulang punggung utama dari swasembada pangan. Selain bendungan, Kementerian PU juga akan menormalisasi jaringan irigasi baik primer atau sekunder.

Sebab, beberapa jaringan irigasi tersebut, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, sehingga butuh direhabilitasi. 

"Harapannya, ke depan hingga 2025-2026 harus tetap kita jalankan sehingga IP semakin meningkat. Dan pada akhirnya, swasembada pangan bisa terwujud dalam waktu sesingkat-singkatnya," ucapnya. 

Diketahui, pada Sabtu, 14 Desember 2024, Dody meninjau Rehabilitasi Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi Saluran Sekunder Jengkol, Pengkolan, Sukamandi, dan Beres di Subang, Jawa Barat. Rehabilitasi ini termasuk sebagai upaya intensifikasi pertanian dengan supply air dari Bendungan Jatiluhur.

"Rehabilitasi kita kerjakan mulai dari 2023 sampai 2024. Total luas irigasinya adalah 12,574 ha, dengan panjang saluran yang sudah kita rehabilitasi adalah 42.536 meter dari total yang harus kita rehabilitasi sekitar 87.274 meter. Sisanya, akan kami lanjutkan pada tahun berikutnya" kata Dody.

Bagi Dody, rehabilitasi jaringan irigasi penting dilakukan untuk pemerataan air bagi para petani dari hulu ke hilir. Terlebih, sebelum direhabilitasi, para petani di daerah hilir kesulitan mendapatkan air saat musim kemarau. 

"Kita rehabilitasi supaya sawah-sawah yang di ujung hilir tetap terairi. Meski baru sekitar 50 persen yang direhabilitasi karena keterbatasan waktu, namun Indeks Pertanaman (IP) bisa meningkat dari 179 persen menjadi 210 persen , dan juga bisa menambah luas tanam seluas 3.898 ha. Kemudian, hasil panen juga meningkat dari 5-6 ton per ha, menjadi 6-7 ton per ha. Namun, yang paling utama sebenarnya efek sosial masyarakatnya," kata Dody.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI