BRIN dan STAI Barus Komitmen Perkuat Riset di Tapanuli Tengah
SinPo.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barus menandatangani kerjasama Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi untuk Mendukung Riset dan Inovasi Nasional.
Penandatangam MoU antara BRIN dan STAI Barus dilakukan oleh Ketua STAIB Prof. Dr. M. Yunan Yusuf dan Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra, di Ruang JIRAP, Gedung BJ Habibie BRIN, Selasa 3 November 2024.
Penandatanganan disaksikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Ketua Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) Fitri Krisnawati Tandjung, Ketua Gabema Sibolga Tapteng Masriadi Pasaribu dan sejumlah tokoh asal Tapteng.
Fitri Krisnawati Tandjung mengatakan dengan MoU antara BRIN dan STAIB bisa memberikan dampak besar pada masyarakat Tapteng. Dia berharap MoU tersebut menguatkan posisi Kota Barus sebagai pusat riset religi dan budaya di Indonesia.
"Kami sangat berbangga hati karena mungkin menjadi institusi pertama dari Tapanuli Tengah yang mendapatkan kesempatan berkolaborasi secara langsung dengan BRIN," ujar putri pertama Akbar Tandjung tersebut.
Dirinya mengatakan Barus memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan khusus riset sejarah dan religi di Indonesia karena memiliki banyak situs-situs sejarah sebagai bukti bahwa Barus adalah pintu gerbang pertama masuknya Islam di nusantara.
"Salah satu hal yang paling kita harapkan dengan adanya MoU antara BRIN dan STAIB utuk menguatkan kota Barus sebagai Pusat Riset yang fokus pada budaya dan religi. Yang sejak 2017 sudah ditetapkan oleh Presiden Jokowi bahwa Kota Barus sebagai Titik Nol pintu masuknya Islam di Nusantara," kata Fitri kepada media.
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan Mou antara BRIN dan STAIB menjadi pintu masuk untuk melakukan kolaborasi lebih besar terutama dalam kegiatan riset, eskavasi dan pengembangan SDM di Tapanuli Tengah.
Menurutnya, BRIN telah merencanakan program eskavasi jangka panjang di wilayah Barus dan Bongal di Tapanuli Tengah. Sehingga dirinya berharap STAIB bisa ikut menjadi bagian utama dalam program riset dan eskavasi tersebut.
"Jadi kami ini kalau melakukan eskavasi itu permanen dan jangka panjang. Bisa 7 sampai 10 tahun. Jadi harus tuntas. Tentu kami membutuhkan dukungan dari kampus dan pelestari lingkungan dan komunitas-komunitas yang selama ini turut menjaga situs-situs yang ada," ujar Tri Handoko.
"Nah, ini juga kami berharap mahasiswa-mahasiswa dan dosen STAIB bisa menjadi bagian dari kegiatan eskavasi tersebut," lanjutnya.
Dirinya juga berharap MoU antara BRIN dan STAIB kedepan bisa menjadi jalan untuk melahirkan arkeolog-arkeolog baru di Indonesia yang berasal dari Tapanuli Tengah.
"Saat ini hanya ada enam jurusan Arkeologi di seluruh Indonesia. Bisa dibayangkan. Siapa tahu nanti di STAIB bisa didirikan program studi Arkeologi Islam," harap Tri Handoko.
Diketahui, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barus merupakan Perguruan tinggi yang didirikan oleh Dr. Ir. H. Akbar Tandjung yang kini berada di bawah pengelolaan Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli). Saat ini, STAI Barus memiliki dua program studi yakni Sejarah Peradaban Islam dan Studi Agama-Agama.
STAI Barus didirikan untuk memperkuat Monumen Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara di Barus yang diresmikan oleh Presiden ke-7 RI, Bapak Ir. H. Joko Widodo.
Ketua STAI Barus Prof. Dr. M. Yunan Yusuf mengatakan, STAIB memilih sistem boarding hingga mahasiswa lulus.
"Mahasiswa wajib tinggal di asrama hingga mereka lulus dan mendapatkan berbagai program pelatihan life skill selama di asrama. Dan mereka mendapatkan beasiswa penuh dari Yayasan Matauli hingga lulus," jelasnya.