Korban Letusan Lewotobi Nobar Indonesia vs Jepang
SinPo.id - Ratusan pengungsi korban letusan Gunung Lewotobi Laki Laki, Jumat tadi malam, untuk sejenak melupakan penderitaan mereka di pengungsian.
Para pengungsi yang telah berhari-hari tinggal di pengungsin ini, merasa terhibur oleh suguhan nonton bola bareng atau nobar laga kualifikasi piala dunia antara Timnas Indonesia melawan Jepang di posko pengungsi Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Acara nobar ini sengaja disiapkan oleh BNPB bersama Angkatan Laut (Lanal) Maumere, untuk menghibur hati para pengungsi yang sudah berada di pengungsian ini sejak tanggal 4 Nofember 2024 lalu.
"Kami sengaja ingin memberikan hiburan kepada warga pengungsi yang mungkin sudah merasa jenuh dan bosan berhari-berhari berada di pengungsian ini. Dan kami juga tau bahwa mayoritas pengungsi yang laki-laki disini suka sepak bola. Kami ingin memberi hiburan buat mereka walaupun hanya beberapa saat," ujar Komandan Angkatan Laut (Danlanal) Maumere Kolonel Mar Anjas Wicaksono Putro kepada wartawan, Jumat malam 15 November 2024.
Menurut Anjas Wicaksono Putro, warga pengungsi yang nobar ini tidak hanya pengungsi yang menempati posko pengungsian Desa Bokang Wolomatang saja. Namun, banyak juga yang sengaja datang dari beberapa posko pengungsi desa sekitar.
"Sungguh menyenangkan melihat para pengungsi sangat terhibur dan antusias mengikuti nobar ini. Meski kecewa karena Indonesia kalah, tapi mereka sangat terhibur," kata Kolonel Mar Anjas Wicaksono Putro.
Menurut Kolonel Mar Anjas Wicaksono Putro, di seluruh posko pengungsian yang ada, BPBD bersama pihak terkait juga rutin melakukan trauma healing, khususnya terhadap anak-anak korban pengungsi.
Terkait bantuan untuk pengungsi, secara umum tercukupi. "Baik bantuan dari BNPB, Kemensos, BPBD dan bantuan dari berbagai Instansi maupun dari komunitas, sampai saat ini masih cukup," tambah Kolonel Mar Anjas.
Ditambahkan pula, gunung Lewotobi Laki Laki hingga Jumat malam ini, masih terus terjadi erupsi disertai suara gemuruh. Namun saat ini intensitas erupsinya sudah semakin berkurang.
"Masyarakat di radius jarak 7 kilo meter semua sudah dievakuasi ke posko-posko pengungsi yang aman," pungkas Kolonel Mar Anjas Wicaksono Putro.