KEMENANGAN DONALD TRUMP

Pengamat: Indonesia Harus Siap-siap dengan Kebijakan Proteksionisme Trump

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 07 November 2024 | 22:02 WIB
Presiden Terpilih AS Donald Trump (SinPo.id/ Reuters)
Presiden Terpilih AS Donald Trump (SinPo.id/ Reuters)

SinPo.id - Co Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyatakan, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan dihidupkannya kembali kebijakan proteksionisme perdagangan internasional oleh Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Kemenangan Trump bisa menjadi pertanda kembalinya kebijakan proteksionis yang ketat. Negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam banyak mengandalkan ekspor ke AS untuk produk-produk manufaktur, termasuk tekstil," kata Fahmi saat dihubungi SinPo.id, Kamis, 7 November 2024.

Fahmi menjelaskan, apabila Trump menerapkan tarif impor tinggi untuk melindungi industri dalam negeri Amerika, maka produk-produk Asia Tenggara akan kehilangan daya saing, dan ini akan berdampak langsung pada ekonomi kawasan. Terutama bagi Indonesia, yang sektor tekstilnya dikabarkan tengah mengalami kelesuan.

Dengan hambatan dagang dari AS, bisa menambah tekanan pada sektor ini dan berpotensi menurunkan permintaan. "Ini akan berdampak negatif pada tenaga kerja dan produksi dalam negeri," tuturnya.

Lebih jauh, lanjut Fahmi, kebijakan Trump yang proteksionis kemungkinan akan berdampak pada upaya Indonesia dalam menarik investasi asing langsung (FDI). Sebab, pada kepemimpinannya di periode 2017-2021, Trump sering mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk memindahkan operasionalnya kembali ke negara, dan kali ini dorongan semacam itu berpotensi berlanjut.

"Jika investasi dari perusahaan-perusahaan AS berkurang, ini bisa menghambat pertumbuhan sektor-sektor utama di Indonesia, seperti manufaktur dan infrastruktur, yang sangat membutuhkan modal dari FDI untuk berkembang," ungkapnya.

Ditambah ketegangan antara AS dan China yang berpotensi meningkat di bawah Trump, dapat memberikan tekanan bagi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk memilih sisi dalam persaingan antara dua kekuatan besar ini.

Namun, menurut Fahmi, Indonesia punya peluang dengan memanfaatkan posisi non-bloknya untuk memperkuat diplomasi regional, tetapi ketegangan AS-Tiongkok yang meningkat juga bisa mengganggu stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Pada gilirannya sangat mungkin mempengaruhi kondisi ekonomi dan politik di Asia Tenggara.

"Jadi menurut saya, kemenangan Trump dan kekuasaan penuh Partai Republik di Kongres menciptakan tantangan besar dalam berbagai aspek. Di Asia Tenggara, proteksionisme Trump sangat potensial merugikan ekonomi kawasan, terutama dalam sektor-sektor ekspor seperti tekstil di Indonesia. Selain itu, ketegangan antara AS dan Tiongkok bisa memaksa Indonesia untuk membuat pilihan strategis yang sulit dalam kebijakan luar negeri, yang pada akhirnya menguji kemampuan pemerintahan baru, dalam menjaga stabilitas di tengah dinamika global yang semakin kompleks," tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI