Dongkrak Jumlah Petani Muda, Ini Langkah Kementan

Laporan: Khaerul Anam
Selasa, 29 Oktober 2024 | 16:25 WIB
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono (SinPo.id/Dok.Kementan)
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono (SinPo.id/Dok.Kementan)

SinPo.id - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan berbagai program untuk mendongkrak jumlah petani muda.

Menurut Sudaryono, jumlah petani di Indonesia saat ini didominasi oleh kalangan orang tua.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 38,02 persen petani adalah generasi baby boomers berusia 41-56 tahun. Sementara untuk petani muda hanya mencapai 21,93 persen atau sekitar 6,2 juta orang.

“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementan mendorong pertumbuhan petani muda melalui program Duta Petani Milenial (DPM) sebanyak 2,5 juta hingga tahun 2024,” kata Sudaryono dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.

Kemudian program lain seperti, Duta Petani Andalan (DPA), Penerapan Digitalisasi Pertanian (PDP) dan Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), serta Program Petani Magang ke luar negeri.

“Program ini bertujuan untuk memulihkan perekonomian masyarakat pertanian, menumbuhkan semangat kewirausahaan, serta meningkatkan produksi pangan dan peternakan,” ujar Sudaryono.

Mas Dar, sapaan Sudaryono menyatakan, generasi milenial memiliki potensi besar dalam membawa perubahan melalui pemanfaatan teknologi digital.

“Kita hidup di era di mana teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Saya mengajak milenial untuk terlibat dalam berbagai program dan inisiatif yang mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Sudaryono.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan generasi muda. Menurutnya, sektor pertanian membutuhkan tidak hanya tenaga kerja, tetapi juga inovasi dalam pengelolaan sumber daya, pemasaran, dan distribusi produk.

“Kita perlu menciptakan platform digital yang dapat memfasilitasi interaksi antara petani dan konsumen, serta mendukung usaha kecil dan menengah di bidang pertanian,” tambahnya.

Dengan semangat kolaboratif dan pemanfaatan teknologi, Wamentan optimis bahwa milenial dapat menjadi pilar dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan menghadapi tantangan pangan di masa depan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Pemuda Tani Indonesia, Suroyo, menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk menarik minat generasi muda agar terlibat dalam pertanian.

Ia menegaskan, tantangan dalam mendorong regenerasi petani sangat kompleks, mengingat rendahnya minat generasi muda yang terjun ke sektor ini.

“Dari data sensus pertanian 2023, hanya 22 persen generasi muda yang aktif di sektor pertanian. Kita perlu meningkatkan angka ini untuk menghadapi tantangan masa depan,” ujar Suroyo.

Suroyo juga memuji program Brigade Pangan yang dilaksanakan di 12 provinsi, yang melibatkan organisasi kepemudaan untuk mengelola agribisnis komoditas pangan. Ia percaya bahwa insentif dan akses terhadap teknologi pertanian akan mempermudah generasi muda untuk terjun ke bidang ini.

Menanggapi tantangan era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), Suroyo menyatakan perlunya generasi muda yang adaptif dan kompeten.

“Adaptasi terhadap perubahan sangat penting dalam menghadapi ketidakpastian iklim dan kebutuhan pasar,” tambahnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI