DJPPR Giatkan Literasi Keuangan untuk Pendidik dan Generasi Muda

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:12 WIB
DJPPR
DJPPR

SinPo.id -  Dalam rangka menyambut Hari Oeang Republik Indonesia ke-78, Direktorat 
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu menyelenggarakan Webinar 
InTalks to Community: dengan tema “Pentingnya Pendidikan Literasi Keuangan bagi Generasi Muda”. 

Acara yang digelar secara hybrid di Auditorium DJPPR dan melalui kanal youtube DJPPR Kemenkeu ini, berhasil menarik antusiasme lebih dari 1.700 peserta, mulai dari pendidik, mahasiswa, komunitas, hingga masyarakat umum yang peduli akan pentingnya literasi keuangan.
Dalam sambutan kuncinya, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Ubaidi  Socheh Hamidi menyampaikan bahwa acara ini diharapkan dapat memperkuat peran pendidik dalam  meningkatkan literasi keuangan generasi muda Indonesia, sekaligus meningkatkan pemahaman tentang peran APBN dan Instrumen investasi khususnya SBN Ritel. Ubaidi juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam upaya meningkatkan literasi keuangan dan pemahaman tentang APBN bagi generasi muda.

“Kolaborasi ini akan menciptakan sinergi yang kuat dalam menciptakan generasi muda yang cerdas finansial dan paham  akan peran penting APBN dalam pembangunan.” tambah Ubaidi.
Acara ini terbagi ke dalam dua sesi utama, yang menghadirkan narasumber dan praktisi yang ahli di 
bidangnya untuk memberikan perspektif yang relevan serta inspiratif bagi para peserta. Sesi talkshow pertama, dengan tema "Pendidik dan Anak Muda Melek Investasi: Belajar Mandiri, Kelola Uang Sendiri", menghadirkan dialog inspiratif antara para expertis di bidang pengelolaan keuangan, yaitu Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara; dan Prita Ghozie, principal consultant dan CEO ZAP 
Finance. 

Deni menyampaikan pentingnya meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan karena dapat 
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, “masyarakat juga perlu beralih dari saving society menuju investing society dengan harapan agar kemandirian dalam pendanaan pembangunan dapat terwujud”, ujarnya.

Sejalan dengan hal tersebut, DJPPR Kemenkeu menerbitkan berbagai instrumen SBN ritel sebagai pilihan investasi yang mudah, aman, dan menguntungkan bagi masyarakat.

“Kami juga menangkap adanya tren investor yang cukup concern pada isu lingkungan dan 
sustainability. Kita telah mengembangkan produk thematic bonds/ sukuk seperti Green Sukuk, SDGs 
Bond dan Blue Bond. Saat ini Pemerintah sedang menawarkan SUN Ritel seri ORI026T3 dan 
ORI026T6 yang merupakan SDG Bond Ritel pertama” ujarnya. Hasil dari penerbitan SDG Bond ini 
digunakan untuk mendukung program Pemerintah demi tercapainya Sustainable Development Goals
(SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Sepakat dengan hal tersebut, Prita menambahkan tentang pentingnya menetapkan tujuan dan rencana 
keuangan. Prita juga menjelaskan mengenai pengelolaan dana darurat dan alokasi budget bulanan, 
termasuk instrumen investasi yang cocok dengan tujuan keuangan. “Instrumen investasi yang cocok 
dan favorit untuk investor pemula adalah SBN Ritel karena risiko kecil, terjangkau semua orang dan 
memberikan kepastian keuntungan”.
Sementara talkshow kedua yang bertajuk "Jadi Pendidik Asik: Tingkatkan Literasi Keuangan dengan 
Cara yang Menarik", berfokus membahas cara-cara inovatif dalam menyampaikan materi literasi 
keuangan kepada siswa dengan metode yang menarik dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. 
Dari segi psikologis, Hani Kumala yang merupakan psikolog klinis menyampaikan pentingnya 
menumbuhkan rasa keingintahuan pada siswa. Ia juga membagikan tips tentang membangun budaya 
belajar yang menyenangkan, serta pentingnya menyesuaikan kompleksitas pembelajaran dengan 
tahap perkembangan anak agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Di sisi lain, Galih 
Sulistyaningra yang sehari-harinya berkecimpung sebagai guru, turut membagikan pengalamannya 
tentang tantangan dalam mentransfer pengetahuan mengenai topik keuangan dan investasi kepada 
siswa sekolah dasar. Galih menekankan bahwa pemilihan metode ajar yang tepat sangat diperlukan 
untuk memperkenalkan pengelolaan keuangan dan investasi kepada siswa, sehingga mereka dapat
memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI