Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Lebanon

Laporan: Khaerul Anam
Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:37 WIB
Wakil pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem (SinPo.id/Reuters)
Wakil pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id - Hizbullah, yang didukung Iran, setelah menderita pukulan telak dari Israel di Lebanon, Selasa, 8 Oktober 2024, menyatakan membuka kemungkinan untuk gencatan senjata yang dinegosiasikan. Kesediaan ini muncul setelah serangan terbaru musuh bebuyutan mereka di selatan negara tersebut, yang memicu situasi semakin panas.

Wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, dalam pidato yang disiarkan televisi, menyatakan dukungannya terhadap upaya untuk mencapai gencatan senjata. Untuk pertama kalinya, Hizbullah tidak menjadikan perang Gaza harus berakhir sebagai syarat untuk menghentikan pertempuran di perbatasan Lebanon-Israel.

Qassem menyatakan bahwa Hizbullah mendukung upaya Ketua Parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah, untuk menghentikan konflik. Pertempuran kedua pihak tersebut semakin memanas dalam beberapa minggu terakhir akibat serangan darat Israel dan pembunuhan para pemimpin tinggi Hizbullah.

"Kami mendukung aktivitas politik yang dipimpin oleh Berri dengan judul gencatan senjata," kata Qassem dalam pidatonya yang disiarkan televisi selama 30 menit.

Tidak jelas apakah pernyataan itu menandakan adanya perubahan sikap Hizbullah, setelah selama setahun terakhir kelompok tersebut selalu lantang menyuarakan perjuangan mereka dilakukan untuk mendukung Palestina yang dihantui perang Israel-Hamas di Gaza. Hizbullah juga berulang kali menggarisbawahi bahwa serangan terhadap Israel akan terus dilakukan tanpa tercapainya gencatan senjata.

Qassem menyatakan bahwa konflik antara Hizbullah dan Israel adalah perang tentang siapa yang menangis lebih dulu. Namun, ia memastikan Hizbullah tidak akan menjadi pihak yang menangis terlebih dahulu. Dia juga menekankan bahwa meskipun mengalami "pukulan menyakitkan" dari Israel, kemampuan kelompok tersebut tetap terjaga.

“Kami sedang menyerang mereka. Kami menyakiti mereka dan kami akan memperpanjang waktu. Puluhan kota berada dalam jangkauan misil perlawanan. Kami menjamin bahwa kemampuan kami baik-baik saja," kata Qassem.

Pidatonya yang disiarkan televisi muncul 11 hari setelah terbunuhnya pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, pukulan paling telak yang dihadiahkan Israel kepada musuhnya dalam beberapa dekade. Tokoh senior Hizbullah lainnya, Hashem Safieddine, yang diperkirakan bakal menjadi calon penerus Nasrallah, tidak diketahui informasinya sejak serangan udara Israel pada akhir minggu lalu.

Israel terus menekan Hizbullah pada Selasa dengan membunuh salah satu tokoh seniornya dan melakukan serangan baru di Lebanon selatan.

Qassem mengatakan bahwa Israel belum membuat kemajuan setelah bentrokan darat yang terjadi di Lebanon selatan seminggu yang lalu.

"Bagaimanapun, setelah masalah gencatan senjata mengerucut dan begitu diplomasi dapat mencapainya, semua isu lainnya dapat didiskusikan dan keputusan dapat diambil," kata Qassem.

"Jika musuh (Israel) melanjutkan perangnya, maka medan perang akan memutuskan."

Ketegangan regional yang dipicu oleh serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2024 telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Israel memborbardir Lebanon, baik lewat darat dan udara. Pada 1 Oktober, Iran, pendukung utama Hizbullah dan Hamas, jugamenembakkan serangkaian rudal ke Israel. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI