Perang Siber hingga Modernisasi Alutsista Jadi Tantangan Bagi TNI
SinPo.id - Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan memasuki usia ke-79 tahun pada Senin, 5 Oktober 2024 mendatang. Banyak persiapan yang harus dilakukan TNI untuk menghadapi tantangan kompleks di masa depan, baik dari aspek geopolitik maupun teknologi.
Menurut Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, ketegangan yang meningkat di Laut China Selatan menjadi salah satu tantangan utama bagi TNI, khususnya Angkatan Laut (AL).
"Penguatan armada laut, terutama dalam hal kapal selam dan kapal patroli, serta peningkatan kerja sama internasional di kawasan Indo-Pasifik akan menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas dan kedaulatan Indonesia di wilayah ini," kata Fahmi saat dihubungi SinPo.id, Senin, 30 September 2024.
Selain itu, lanjut Fahmi, ancaman serangan siber juga semakin nyata, dan TNI sudah mulai merespons dengan membentuk Komando Siber.
Namun, peningkatan infrastruktur dan kapasitas siber masih perlu dipercepat. Ditambah perang hibrida yang memadukan operasi militer konvensional dengan serangan siber, propaganda, dan perang informasi, akan menjadi ancaman nyata bagi TNI ke depan.
Kemudian terkait alutsista, menurut Fahmi, TNI telah melakukan langkah-langkah signifikan untuk modernisasi alutsista, termasuk pengadaan pesawat tempur, kapal selam, dan tank.
Meski demikian, banyak alutsista yang masih perlu diperbarui atau ditingkatkan kemampuannya untuk menghadapi ancaman yang lebih maju. Penguatan pertahanan udara dan maritim juga menjadi prioritas, mengingat semakin kompleksnya ancaman lintas negara.
"TNI harus siap menghadapi tantangan global seperti konflik di Laut China Selatan dan ancaman siber, serta terus memperkuat kesejahteraan prajuritnya. Kunci kesuksesan TNI di masa depan adalah modernisasi yang berkelanjutan dan penguatan hubungan dengan masyarakat," kata Fahmi.
Lebih lanjut, Fahmi juga menyoroti kinerja TNI dalam pertahanan dan operasi militer. Dia menyampaikan, sebagai pilar utama dalam menjaga kedaulatan negara, TNI terus memegang peran penting dalam memastikan keamanan wilayah dari ancaman internal dan eksternal.
Salah satu tugas utama TNI adalah menjaga perbatasan negara. Di daerah-daerah perbatasan seperti Papua, Kalimantan, dan Laut Natuna Utara, TNI berperan aktif dalam melakukan patroli, menjaga kedaulatan wilayah, dan mencegah penyusupan.
"Tantangan yang dihadapi tidak hanya berkaitan dengan keamanan fisik, tetapi juga dengan konflik separatis, seperti di Papua, yang membutuhkan pendekatan yang tidak selalu bersifat militer," kata dia.
Dalam partisipasi Indonesia pada pasukan perdamaian PBB melalui kontingen Garuda adalah contoh lain dari kinerja TNI yang diakui dunia.
Ia menganggap, keterlibatan ini menunjukkan kapasitas TNI beroperasi di luar negeri dalam misi perdamaian, sekaligus memperkuat reputasi internasional Indonesia.
Adapun latihan seperti Garuda Shield yang diadakan bersama Amerika Serikat, memperkuat kesiapan pasukan TNI dalam menghadapi ancaman global. Selain meningkatkan profesionalisme prajurit, latihan ini juga memperluas jaringan internasional TNI, yang sangat penting untuk menghadapi ancaman-ancaman yang lebih kompleks seperti perang hibrida dan siber.
Dan tak kalah penting kinerja terbaru TNI yang patut diapresiasi, yaitu operasi pembebasan pilot Susi Air tanpa kekerasan.
"Operasi ini menunjukkan kemampuan TNI dalam melakukan negosiasi dan penyelamatan dengan metode yang minim risiko, sebuah pendekatan yang semakin relevan dalam situasi konflik yang sensitif seperti ini," ucapnya.
Lebih lanjut, Fahmi menilai, secara keseluruhan, kinerja TNI selama ini patut diapresiasi, baik dalam menjaga kedaulatan negara maupun dalam perannya di tengah masyarakat. TNI terus beradaptasi dengan tantangan zaman, dari peningkatan kemampuan teknologi hingga modernisasi alutsista.
"TNI yang modern, adaptif, dan dekat dengan rakyat akan terus menjadi pilar utama dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas Indonesia di tengah dinamika global yang semakin kompleks," tukasnya.