Bapanas Ungkap Biaya Produksi Jadi Penyebab Harga Beras Tinggi

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 20 September 2024 | 12:09 WIB
Ilustrasi pedagang beras di pasar. (SinPo.id/Ashar)
Ilustrasi pedagang beras di pasar. (SinPo.id/Ashar)

SinPo.id - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut harga beras yang tinggi di dalam negeri, dipengaruhi oleh biaya produksi yang juga besar. Karena, petani juga berhak mendapat keuntungan lantaran biaya yang dikeluarkan untuk menanam padi tidak sedikit. 

"Memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi. Sehingga kalau kita runtut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi. Jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan," kata Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani kepada wartawan, Jumat, 20 September 2024. 

Menurut Rachmi, saat ini petani sedang mendapat cukup keuntungan. Sebab harga gabah yang dibeli di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Nilai Tukar Petani (NTP) khususnya tanaman pangan, kini juga sedang dalam harga yang bagus. Hal ini saling terkait sehingga konsumen nantinya akan dengan mudah mendapatkan beras dengan harga yang terjangkau.

"Kalau benihnya bagus, nanti produktivitasnya meningkat, maka produksi satuan lahan itu juga meningkat, petani akan mendapatkan gen atau hasil dari penjualannya lebih bagus. Mungkin lama-lama kalau misalnya semakin luas lahan pertanian dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan, harga akan relatif menjadi stabil," ujar Rachmi.

Kendati demikian, Rachmi menggarisbawahi bahwa petani harus tetap mendapat keuntungan dari usaha pertanian.

Selain itu, perlu dilakukan efisiensi untuk meningkatkan produktivitas melalui inovasi dan penggunaan teknologi.

Rachmi mencontohkan penggunaan drone untuk penyebaran pupuk ternyata lebih hemat 30 persen dibandingkan dengan cara manual. Hasil sebaran pupuk pun dinilai lebih merata untuk lahan yang luas. Efisiensi itu dilaksanakan guna menghemat biaya produksi.

"Memang harus melakukan efisiensi. Jadi dengan efisiensi, produktivitas naik, petani akan mendapatkan dua keuntungan, harga bagus, kemudian penghasilan yang bagus, produksinya tinggi, lama-lama harganya akan stabil," ujarnya.

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) menyebut bahwa harga beras Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, namun kesejahteraan petani masih rendah.

Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, kesejahteraan petani Indonesia masih di bawah rata-rata, bahkan pendapatannya kurang dari 1 dolar AS per hari atau senilai Rp15.207 dan setahun di bawah 341 dolar AS atau Rp5 juta.

Pendapatan ini, dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Karenanya, masyarakat Indonesia disebut haru membayar harga beras yang tinggi.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI