Pendekatan Etnopedagogi Budaya Dengan Sistem Digital

Laporan: Sinpo
Sabtu, 14 September 2024 | 07:00 WIB
Hendra Apriyadi (SinPo.id/Dok)
Hendra Apriyadi (SinPo.id/Dok)

Transformasi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan etnopedagogi di era digital menjadi langkah inovatif yang berdampak positif, sehingga membentuk pelajar atau generasi muda yang berkarakter kuat terhadap budaya lokal.

Sistem pembelajaran itu tak hanya memudahkan siswa memahami bahasa sebagai alat komunikasi, namun juga memperkuat budaya melalui integrasi teknologi digital.

Teknologi digital yang kaya fitur interaktif serta peran guru dapat mengkolaborasikan pembelajaran dengan kearifan lokal (etnopedagogi) dalam bentuk visual, audio, video, atau Learning Management System (LMS) dikemas dengan menarik sekaligus memotivasi siswa untuk belajar.

Pendekatan etnopedagogi dalam transformasi pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan mengintegrasikan kearifan lokal, seperti cerita rakyat yang dikemas dalam teknologi digital menjadikan pola pembelajaran menyenangkan, dan tidak membosankan.

Dalam catatan penulis cerita rakyat  "Hikayat Amir Hamzah" menceritakan tentang kepahlawanan seorang panglima perang dikenal berani bisa ditampilkan di kelas dengan memutar animasi dari YouTube atau platform digital lainnya.

Kemudian siswa diminta mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut dengan menceritakan kembali isi narasi Amir Hamzah berdasarkan hasil yang ditonton. Lebih dari itu, siswa juga dapat menulis cerita rakyat dalam bentuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai.

Selain itu, sistem pembelajaran etnopedagogi budaya secara digital mampu menghadirkan pola diskusi antara siswa dan guru melalui aplikasi Google Classroom atau Padlet. Pola itu mampu menjadikan siswa dapat berbagi pemikiran tentang nilai-nilai dalam cerita rakyat sekaligus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami Kontek Yang Relevan Dengan Kehidupan Nyata

Etnopedagogi dengan sistem digital juga memberikan konteks yang relevan bagi siswa dalam memahami Bahasa Indonesia dan kehidupan sosial maupun budaya yang nyata. Ketika siswa belajar melalui budaya yang mereka kenal dan pahami, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.

Misalnya, di daerah yang kaya dengan tradisi lisan seperti pantun atau gurindam, pengajaran Bahasa Indonesia bisa difokuskan pada cara-cara kreatif menyusun pantun atau memahami makna filosofis di balik gurindam.

Proses ini tidak hanya melibatkan siswa dalam aktivitas belajar bahasa, tetapi juga dalam proses reflektif yang membangun karakter mereka berdasarkan nilai-nilai lokal.

Menanamkan rasa bangga dan identitas kultural menjadi keuntungan terbesar dari penerapan etnopedagogi terhadap identitas kultural. Siswa yang diajarkan dengan pendekatan ini cenderung memiliki penghargaan yang lebih tinggi terhadap budaya mereka sendiri.

Kebanggaan ini menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter yang kuat, karena siswa yang memiliki identitas kultural yang jelas, mampu mempertahankan prinsip-prinsip etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan tantangan dan harapan etnopedagogi menawarkan banyak manfaat, dalam implementasinya yang tak bisa diabaikan. Kurikulum nasional yang seragam sering kali menjadi hambatan bagi pengintegrasian nilai-nilai lokal yang beragam di seluruh Indonesia. Selain itu, tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam tentang etnopedagogi dan cara mengaplikasikannya secara efektif dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

Semangat Terus Berkreasi

Namun tantangan itu seharusnya tidak mengurangi semangat menjadikan etnopedagogi sebagai salah satu pendekatan utama dalam pendidikan. Pelatihan tepat bagi guru dan dukungan kebijakan pendidikan lebih inklusif terhadap kearifan lokal bisa menjadi alat yang ampuh dalam membentuk karakter siswa yang berakar pada nilai-nilai tradisi, sambil tetap siap menghadapi tantangan global.

Etnopedagogi dalam pengajaran bahasa Indonesia bukan sekadar alat melestarikan budaya, tetapi juga sebuah pendekatan strategis membentuk karakter siswa.

Melalui integrasi nilai-nilai lokal dalam pembelajaran bahasa, siswa dapat mengembangkan identitas yang kuat, penghargaan terhadap budaya sendiri, dan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai tradisi yang luhur.

Hal ini snagat penting ketika modernitas sering kali menenggelamkan kearifan local. Namun sistem pembelajaran etnopedagogi digital hadir sebagai penyeimbang yang menghubungkan generasi muda dengan akar budayanya, sekaligus membekali mereka dengan karakter yang kokoh untuk menghadapi masa depan.

Transformasi itu juga berperan penting dalam revitalisasi bahasa daerah. Dalam sistem pembelajaran digital, bahasa daerah dapat diintegrasikan secara lebih luas dan menarik, sehingga memungkinkan generasi muda tidak hanya belajar Bahasa Indonesia tetapi juga melestarikan bahasa ibu.

Mengutip istilah E. Aminudin Aziz, bahwa program Revitalisasi Bahasa Daerah tidak hanya berfokus pada pelestarian bahasa daerah, tetapi juga pada pengembangan dan peningkatan relevansinya. Hal itu penting dilakukan karena bahasa daerah adalah aset yang tak ternilai bagi bangsa. Aminudin sangat menyayangkan jika bahasa daerah mengalami kepunahan dan tidak ada "catatan" yang tersisa bagi generasi penerus bangsa. Jika hal ini terjadi, kearifan lokal kita dan pengetahuan yang terekspresikan serta tersimpan dalam bahasa daerah tersebut akan hilang.

Membangun Pelajar Berbudaya di Era Digital

Teknologi telah mengubah cara pelajar berinteraksi, belajar, dan memperoleh informasi. Dengan begitu penting juga bagi kita tetap mempertahankan jati diri budaya lokal sebagai landasan utama dalam pendidikan. Pelajar yang berbudaya tidak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran dan pemahaman akan nilai-nilai budaya lokal dan nasional.

Melalui pendidikan berbasis budaya, pelajar dapat belajar tentang sejarah, adat istiadat, bahasa, dan kearifan lokal yang melekat pada identitas bangsa. Era digital justru bisa menjadi jembatan yang menguatkan kesadaran mempermudah dan cepat mendapatkan informasi.

Membangun pelajar berbudaya di era digital adalah tugas yang tidak bisa diabaikan. Dengan memanfaatkan teknologi, kita dapat menanamkan nilai-nilai budaya secara kreatif dan relevan dalam kehidupan pelajar sehari-hari. Teknologi tidak lagi menjadi penghalang, tetapi justru menjadi alat untuk memperkuat jati diri budaya generasi muda.

Pelajar yang berbudaya adalah aset bangsa yang akan membawa Indonesia maju dalam kemajuan teknologi, sekaligus menjaga kekayaan budaya kita agar tetap lestari sepanjang zaman.

Secara keseluruhan, transformasi pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis etnopedagogi di era digital adalah langkah strategis yang mampu membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual. Lebih dari itu, namun kaya nilai budaya dan mampu bersaing di dunia global untuk mewujudkan pelajar yang berbudaya. (*)

* Pengajar Bahasa Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Tegal

BERITALAINNYA
BERITATERKINI