CACAR MONYET

Cegah Mpox di KTT IAF Bali, Kemenkes Berlakukan Skrining Berlapis

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 30 Agustus 2024 | 17:57 WIB
Ilustrasi penularan penyakit Mpox (SinPo.id/ Dok. Kemenkes)
Ilustrasi penularan penyakit Mpox (SinPo.id/ Dok. Kemenkes)

SinPo.id - Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes RI Achmad Farchanny Tri Adryanto mengatakan, pihaknya akan memberlakukan sejumlah protokol berlapis dalam rangka menyambut 

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2, dan High-Level Forum on Multi Stakeholder Partnership (HLF-MSP) di Bali, pada 1-3 September. Hal ini untuk mencegah potensi penularan virus cacar monyet (Mpox) dari Afrika.

"Diatur bagaimana menentukan skenario skrining, mulai dari penempatan alat skrining, ruang PCR, kuesioner hingga proses rujuk ke rumah sakit," kata Farchanny dalam keterangannya, Jumat, 30 Agustus 2024. 

Farchanny menyampaikan, Kemenkes akan menerapkan program SATUSEHAT Health Pass di pintu masuk bandara internasional. Program ini mencakup pengawasan dan skrining berlapis berbasis websites terhadap para tamu dari Afrika yang tiba di bandara.

Mereka juga akan diperiksa melalui pemindai termal dan pengamatan visual terhadap adanya tanda-tanda serta gejala lainnya dari Mpox.

"Di pintu masuk Bandara Soetta dan Ngurah Rai, kami akan melakukan pengawasan atau skrining secara berlapis dengan pengintaian deklarasi kesehatan pelaku perjalanan atau SATUSEHAT Health Pass," kata dia. 

Jika terdapat kasus yang ditemukan di bandara, lanjut Farchanny, maka Kemenkan akan melakukan Tes Cepat Molekular (TCM) melalui mini lab yang sudah disiapkan. Tim medis penanganan kedaruratan dan penyakit potensial wabah juga turut disiagakan.

"Kemenkes juga akan menyediakan mini lab dan mini ICU di lokasi penyelenggaraan IAF dan HLF-MSP yang bisa melakukan Tes Cepat Molekular (TCM)," kata dia.

Farchanny menjelaskan, penyakit Mpox meningkat secara signifikan di negara-negara regional Afrika, sebagaimana yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mpox jenis Clade 1 yang banyak beredar di negara regional Afrika memiliki gejala lebih berat. Sedangkan Clade 2 yang banyak ditemukan di negara-negara Asia, termasuk Indonesia dan negara lain di luar regional Afrika, memiliki gejala yang lebih ringan.

Kemenkes mencatat, Indonesia memiliki 88 kasus Mpox sepanjang 2022 hingga Agustus 2024 yang secara keseluruhan sudah dinyatakan sembuh. Kemudian terkait penemuan lima kasus dugaan, telah dinyatakan negatif setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI