Legislator Dorong Program Sekolah Swasta Gratis Diterapkan se-Indonesia
SinPo.id - Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira mendorong pemerintah pusat memperluas program sekolah swasta gratis yang digagas Dinas Pendidikan Provinsi Jakarta. Program tersebut bahkan didorong menyentuh semua daerah, termasuk daerah 3TP (tertinggal, terdepan, terluar, dan pebatasan).
"Ini adalah langkah yang sangat baik dan patut diapresiasi. Namun, penting untuk tidak hanya fokus pada Jakarta saja tetapi juga memperluas cakupan program ini ke seluruh Indonesia, terutama ke daerah-daerah terpencil yang sering kali kurang mendapatkan perhatian," kata Andreas Hugo dalam keterangannya, Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2024.
Andreas mengatakan terobosan dari Pemda DKI Jakarta itu juga dapat menjadi solusi dari banyaknya permasalahan pendidikan di sekolah-sekolah swasta.
"Kita sering sekali mendengar anak dari keluarga tidak mampu menunggak SPP. Banyak juga ijazah siswa tertahan di sekolah karena belum melunasi SPP sehingga mereka yang telah lulus sekolah kesulitan melamar pekerjaan," ucapnya.
Andreas yakin masalah-masalah tersebut bisa berkurang dengan adanya program fasilitas biaya pendidikan untuk sekolah swasta bagi masyarakat. Mengingat ada banyak juga siswa yang masuk sekolah swasta berasal dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah akibat tidak diterima di sekolah negeri, salah satunya karena aturan PPDB (proses penerimaan peserta didik baru).
"PPDB ini kan masih banyak kurangnya ya. Baik karena sistem zonasi, siswa tidak bisa masuk negeri karena masalah usia, dan berbagai persoalan lain sehingga mereka terpaksa masuk ke sekolah swasta," ucap Andreas.
"Yang jadi fenomena adalah akhirnya siswa dari keluarga kurang mampu kesulitan membiayai anaknya di sekolah swasta. Dan tidak sedikit yang akhirnya putus sekolah. Jadi kebijakan memfasilitasi biaya pendidikan di sekolah swasta itu bisa menjadi solusi dari berbagai macam masalah pendidikan," timpalnya.
Andreas menekankan sudah menjadi kewajiban Negara menanggung biaya pendidikan warganya sampai minimal 12 tahun. Hal tersebut, kata dia, juga dapat menjadi jaminan agar orang tua tetap menyekolahkan anak-anaknya.
"Tujuan pembiayaan pendidikan ini untuk mencapai wajib belajar 12 tahun. Jadi kalau negara menyediakan dana, maka rakyat pun wajib belajar," tegas Andreas.
"Yang dimaksud kalau negara membiayai, maka ada kewajiban rakyat untuk menyekolahkan anak. Orangtua yang tidak mengirim anaknya ke sekolah harus dapat punishment, dan anak yang tidak ke sekolah harus ditangani secara khusus," katanya melanjutkan.
Saat ini, ada 2.090 sekolah swasta di DKI Jakarta yang terdaftar untuk berkerja sama dalam program fasilitas biaya pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama atau SMP, Sekolah Menengah Atas atau SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK.
Jumlah kuota siswa yang tersedia, yaitu 286 ribu orang disamakan dengan jumlah siswa yang saat ini tertampung di sekolah swasta di Provinsi DKI Jakarta. Lewat kebijakan ini, anak-anak yang gagal dalam PPDB di sekolah negeri kini tidak perlu khawatir karena tetap bisa mengenyam pendidikan yang biayanya ditanggung negara di sekolah swasta yang berada dekat dengan rumahnya.
"Harusnya program seperti ini diinisiasi oleh Kemendikbud di seluruh daerah sehingga sekalipun siswa tak berhasil masuk negeri, mereka tetap bisa mendapatkan hak memperoleh fasilitas biaya pendidikan dari Negara selama terdaftar di DTKS," kata Andreas.
Andreas menuturkan program ini harus memberikan dan menjamin kualitas pendidikan yang bagus sesuai dengan SOP yang berlaku. Sehingga, sambung dia, sekolah-sekolah swasta yang terlibat dalam program tersebut harus benar-benar memiliki kualitas yang baik.
"Pemerintah harus memastikan bahwa sekolah-sekolah yang bergabung dalam program ini memenuhi kualitas yang baik agar anak-anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas," ucap Andreas.
Legislator dari Dapil NTT I itu menambahkan program fasilitas biaya pendidikan di sekolah swasta seperti yang diinisiasi DKI Jakarta sangat diperlukan di wilayah terpencil, mengingat masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak.
"Setiap anak Indonesia, tanpa memandang latar belakangnya, berhak mendapatkan akses pendidikan. Dan di daerah 3TP ada banyak sekali anak-anak yang sulit memperoleh akses pendidikan karena terdesak oleh masalah ekonomi," kata dia.
Andreas menjelaskan program sekolah yang biayanya ditanggung negara itu menunjukkan kemajuan yang signifikan dari Pemprov DKI. Meski demikian, dia menyebut Indonesia memiliki tantangan yang lebih besar tentang pendidikan di luar kota-kota besar.
"Program ini dapat menjadi inspirasi bagi kebijakan pendidikan di seluruh Indonesia, demi mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," kata Andreas.