Batal Usung Anies di Pilkada, Pengamat Yakin PDIP Punya Beberapa Pertimbangan
SinPo.id - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, keputusan PDIP batal mengusung Anies Baswedan dan lebih memilih mengusung Pramono - Rano Karno, dalam Pilkada Jakarta, dikarenakan ada beberapa pertimbangan.
Adapun pertimbangan tersebut, pertama tidak terjadi kesepakatan politik antara PDIP dengan Anies. Menurutnya, Anies kemungkinan menolak syarat dari PDIP untuk menjadi kader.
"Pertama, tidak terjadi kesepakatan politik antara PDIP dengan Anies. Mungkin PDIP meminta Anies menjadi kader partai tetapi Anies lebih memilih untuk netral, tidak mau menjadi kader partai politik manapun," kata Karyono kepada SinPo.id, Rabu 28 Agustus 2024.
"Sementara PDIP mensyaratkan harus menjadi kader partai. Pilihan Anies yang menolak sebagai kader partai manapun bagi Anies menguntungkan tapi di satu sisi menjadi kelemahan karena dia mudah ditinggalkan partai politik," lanjutnya.
Kedua, kemungkinan Anies batal dicalonkan PDIP karena adanya faktor historis ketika pilkada DKI Jakarta 2017 lalu saat berhadapan dengan Ahok-Djarot yang diusung PDIP. Terlebih kemenangan Anies saat itu dinilai karena menggunakan isu SARA sebagai instrumen pemenangan untuk mengalahkan pasangan Ahok-Djarot.
Ketiga, sosok Anies membuat dilema bagi PDIP maupun KIM Plus, di satu sisi Anies dianggap sebagai peluang, sekaligus menjadi ancaman jika berhasil menjadikan Anies sebagai gubenur Daerah Khusus Jakarta. Hal itu sama dengan menyiapkan "karpet merah" untuk tiket Anies melaju di Pilpres 2029.
"Di satu sisi, Anies merupakan peluang bagi partai yang mengusung jika dilihat dari segi elektabilitasnya yang menempati urutan atas sehingga memiliki peluang untuk menang. Tapi di sisi lain, Anies menjadi ancaman bagi partai-partai yang berkepentingan akan mengendors kandidat presiden pada pilpres 2029 yang akan datang," ungkapnya.
Meski demikian, kata Karyono, pasangan Pramono-Rano Karno harus bekerja keras jika ingin menang dalam kontestasi Pilgub Jakarta. Pasalnya, figur Pramono kurang populer di akar rumput warga Jakarta. Sehingga popularitas Rano Karno, tidak cukup untuk mengalahkan pasangan RK-Siswono yang didukung koalisi besar KIM Plus.