PM Jepang Fumio Kishida Mundur dari Jabatannya

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 15 Agustus 2024 | 05:36 WIB
Fumio Kishida (wikipedia)
Fumio Kishida (wikipedia)

SinPo.id -  Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang secara efektif telah mengumumkan pengunduran dirinya, telah membantu mengubah kebijakan luar negeri Jepang, meningkatkan perannya di kancah global, dan mempercepat ekspansi militer–meskipun menghadapi pertentangan dari dalam negeri yang berujung pada pengunduran dirinya.

Dalam sebuah pengumuman yang tak terduga pada hari Rabu 14 Agustus 2024, Kishida mengatakan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai ketua Partai Demokratik Liberal (LDP) yang berkuasa di Jepang, yang berarti ia akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri pascapemilihan kepemimpinan internal partai pada bulan depan.

Selama tiga tahun masa jabatan Kishida, ketegangan geopolitik global meningkat tajam. Kishida merespons dengan mengambil sejumlah langkah untuk menyelaraskan Jepang lebih dekat dengan Barat, serta melonggarkan pengekangan militer pasca-Perang Dunia II yang diberlakukan sendiri oleh Jepang.

Kishida pun meningkatkan anggaran pertahanan Jepang. Di bawah rencana lima tahun yang diluncurkan pada tahun 2022, Jepang sedang berada di jalur untuk menjadi negara dengan anggaran belanja militer terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan China.

Di bawah kepemimpinan Kishida, Jepang mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa mereka akan membeli rudal yang dapat menjangkau negara lain, mematahkan tabu selama beberapa dekade terkait senjata yang bisa digunakan untuk ofensif.

Kishida juga memperdalam hubungan keamanan Jepang dengan mitra-mitra yang berpandangan sama; tidak hanya memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat, tetapi juga meningkatkan kerja sama dengan Filipina, Australia, Korea Selatan, dan NATO.

Kebijakan-kebijakan tersebut sebagian besar melanjutkan visi mendiang Shinzo Abe, perdana menteri terlama di Jepang, yang menganjurkan kebijakan luar negeri lebih tegas. “Namun, saya rasa Kishida melampaui Abe dalam banyak hal,” ujar Daniel Sneider, seorang spesialis kebijakan Asia Timur di Universitas Stanford.

Di bawah Kishida, Jepang “bergerak melampaui definisi sempit tentang pertahanan diri yang menjadi ciri khas kebijakan keamanan Jepang selama beberapa dekade,” tambah Sneider.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI