Taktik Jitu Mahathir Mohamad, Kalahkan Koalisi Politik yang Berkuasa Selama 60 Tahun di Malaysia
Jakarta, sinpo.id - Secara mengejutkan koalisi pimpinan Mahathir Mohamad meraih kesuksesan dalam pemilu Malaysia. Di usianya yang beranjak 93 tahun, ia dapat mengalahkan koalisi politik yang telah berkuasa selama 60 tahun sejak Malaysia merdeka.
Kemenangan terasa semakin lengkap, karena selain berhasil menjungkalkan koalisi Barisan Nasional, koalisi politik yang sudah berkuasa selama 60 tahun, Mahathir sukses mengalahkan petahana, Najib Razak dalam pemilu.
Terlepas dari siapa dan dari koalisi apa, langkah Mahathir ini harus diberikan acungan jempol, karena ia membuktikan tak ada yang tak mungkin dalam dunia politik yang sangat dinamis ini.
Kecerdasan yang dibalut dengan pengalaman Mahathir membuahkan hasil sempurna, kala ia melakukan taktik cerdas dalam mencuri suara di wilayah pinggiran Malaysia, yang sebelumnya mendukung Najib.
Selain itu, pidato kampanye Mahathir sebelum pemungutan suara digelar, Selasa (8/5/2018) malam, membuktikan dirinya masih mampu tampil memukau. Ia dapat tampil sebagai negarawan dan menunjukan martabat Melayu. Berbeda dengan Najib yang seakan memainkan permainan suap -- Anda beri saya suara Anda, saya beri Anda ini atau itu.
Menurut Direktur Institut Asia pada University of Tasmania di Australia, James Chin, ada dua hal yang membantu Mahathir menang melawan Najib, yakni jumlah pemilih yang tinggi dan bergesernya suara warga di pinggiran Malaysia. "Bahkan meskipun warga pinggiran tidak memahami 1MDB (1Malaysia Development Berhad), mereka paham ada hal terselubung yang terjadi. Dan citra Najib memburuk," cetusnya merujuk pada skandal korupsi yang menyelimuti Najib.
Sementara itu Seperti dilansir CNN, Kamis (10/5/2018), pakar politik Malaysia dari John Cabot University di Italia, Bridget Welsh, menilai koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa sejak Malaysia merdeka tahun 1957, bisa menang jika tidak ada Najib Razak di dalamnya. Najib merupakan pemimpin koalisi BN yang terdiri atas 13 partai politik.
"Najib adalah penghambat. Narsisme-nya membuat mereka (BN) kalah pemilu," sebut Welsh, merujuk pada kampanye BN dan janji-janji kampanye yang berpusat di Najib.
Menurut Welsh, taktik kampanye Najib tidak mempan untuk rakyat Malaysia. "Dia menggunakan politik ras dan uang, seperti yang dia lakukan saat (pemilu) tahun 2013, tapi tidak memiliki daya tarik yang sama," sebutnya.
"Ini adalah tsunami Malaysia di seluruh ras, generasi dan latar belakang," imbuh Welsh, merujuk pada besarnya dukungan rakyat Malaysia terhadap koalisi oposisi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpin Mahathir Mohamad, eks PM Malaysia yang juga mantan mentor Najib.
Adapun hasil akhir resmi dari Komisi Pemilihan Umum Malaysia atau EC menunjukkan koalisi oposisi PH meraih 113 kursi dari total 222 kursi Dewan Rakyat atau parlemen federal yang diperebutkan. Sedangkan koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Najib hanya meraih 79 kursi.

