Iran Gelar Prosesi Pemakaman Pemimpin Hamas Haniyeh

Laporan: Khaerul Anam
Jumat, 02 Agustus 2024 | 06:24 WIB
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh (SinPo.id/AFP)
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh (SinPo.id/AFP)

SinPo.id - Iran melaksanakan prosesi pemakaman pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, pada Kamis, 1 Agustus 2024. Pembunuhan Haniyeh di Teheran, ibu kota iran, telah menambah kekhawatiran akan konflik regional.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadiri proses pemakaman bersama Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Pezeshkian, dan Hamas mengatakan Haniyeh akan dimakamkan pada Jumat di Qatar, yang menjadi markasnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tidak mengomentari secara langsung serangan itu, Kamis, ketika ia mengunjungi Mongolia. Namun Blinken menyerukan agar semua pihak tenang di Timur Tengah.

“Saat ini, jalan yang ditempuh kawasan ini adalah menuju lebih banyak konflik, lebih banyak kekerasan, lebih banyak penderitaan, lebih banyak ketidakamanan dan sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini dan hal itu dimulai dengan gencatan senjata yang telah kita upayakan, yang saya percaya hal ini tidak hanya bisa dicapai, tapi harus dicapai,” kata Blinken.

Israel, Selasa malam (30/7) membunuh seorang komandan tinggi Hizbullah, dalam serangan udara di Beirut. Israel mengatakan Shukur bertanggung jawab atas serangan 27 Juli yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel.

Israel, Kamis, 1 Agustus 2024, juga mengonfirmasi bahwa serangan udara Israel pada 13 Juli di Kota Khan Younis di Gaza selatan menewaskan kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif.

Ilan Berman, wakil presiden senior Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika, mengatakan kepada VOA bahwa jelas Israel bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh. Hal itu merupakan bagian dari strategi Israel untuk menanggapi kegagalan mereka sendiri dalam serangan 7 Oktober, termasuk kegagalan mereka dalam mencegah serangan Hamas.

“Sangat jelas bahwa jika hal ini tidak diatasi, aktor lain seperti Hizbullah bisa mendapatkan ide serupa,” kata Berman.

“Jadi, segala sesuatu yang telah dilakukan Israel sejak itu, baik dalam perang Gaza, tetapi juga serangan jarak jauh terhadap kelompok Houthi di Yaman, serangan di Suriah, serangan di Lebanon, dan sekarang pemusnahan Ismail Haniyeh di Teheran, ditujukan sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun kembali upaya pencegahan Israel.”

Departemen Luar Negeri AS mendesak warga Amerika untuk menghindari perjalanan ke seluruh wilayah Lebanon, tidak hanya ke markas Hizbullah di Lebanon selatan yang sebelumnya telah dikeluarkan pedoman larangan bepergian. Inggris dan Australia juga memperingatkan warganya.

Khamenei bersumpah akan membalas pembunuhan Haniyeh, dan mengatakan bahwa Israel “mempersiapkan hukuman berat bagi dirinya sendiri.”

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzedine al-Qassam, juga berjanji akan membalas dan memperingatkan “dampak besar” bagi Timur Tengah.

Richard Goldberg, penasihat senior di Yayasan Pertahanan Demokrasi (Foundation for Defense of Democracies), mengatakan kepada VOA bahwa karena Haniyeh dibunuh di wilayah Iran, timbul pertanyaan apakah Iran akan menyerahkan kasus ini kepada proksinya seperti Hizbullah, Houthi di Yaman, atau milisi di Irak dan Suriah untuk merespons.

Atau apakah Iran akan bertindak seperti yang dilakukan pada April dalam merespons serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Suriah dan melancarkan serangannya sendiri terhadap Israel.

“Saya pikir kita harus berasumsi pada tingkat dasar bahwa proksi akan merespons,” kata Goldberg. "Pertanyaannya adalah apakah Iran kembali memasuki medan perang secara langsung."

BERITALAINNYA
BERITATERKINI