FBI: Tersangka Penembak Trump Terpantau Lebih dari Satu Jam Sebelum Kejadian

Oleh: VOA INDONESIA
Rabu, 31 Juli 2024 | 02:24 WIB
Ilustrasi penembakan (pixabay)
Ilustrasi penembakan (pixabay)

SinPo.id -  Aparat mengaku telah memantau pria dari Pennsylvania yang mencoba membunuh calon presiden Partai Republik, Donald Trump, lebih dari satu jam sebelum insiden penembakan terjadi pada 13 Juli. Polisi bahkan sempat mengabadikan foto pria tersebut untuk dibagikan kepada petugas lainnya, kata seorang pejabat FBI, Senin 29 Juli 2024.

"Penembak tersebut sudah diidentifikasi sebagai individu yang mencurigakan oleh penegak hukum," kata Kevin Rojek, agen khusus yang memimpin kantor FBI di Pittsburgh. Ia mengatakan hal itu dalam sebuah acara pengarahan mengenai penyelidikan terhadap upaya pembunuhan tersebut.

Rojek menyebutkan bahwa seorang petugas lokal sempat memotret Thomas Crooks, pelaku penembakan, dan membagikan foto tersebut kepada petugas lain yang berada di lokasi acara kampanye Trump di Pennsylvania. Sekitar 30 menit setelah itu, anggota tim SWAT memantau Crooks menggunakan alat pengintai jarak dan menjelajahi situs berita.

Crooks terlihat membawa ransel sekitar pukul 17.56, waktu setempat kurang dari 20 menit sebelum penembakan terjadi, dan juga pada pukul 18.08. Ia terekam oleh kamera dasbor polisi saat berjalan di atap, tempat ia akhirnya melepaskan tembakan, ujar Rojek.

Meski FBI bukan pihak yang bertanggung jawab pada setiap aspek keamanan Trump, mereka sedang menyusun kronologi kejadian, jelas Rojek.

LIVE

Cari

PERCOBAAN PEMBUNUHAN PRESIDEN TRUMP

FBI: Tersangka Penembak Trump Terpantau Lebih dari Satu Jam Sebelum Kejadian

29/07/2024

Reuters

FILE - Calon presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump melambaikan tangan dengan wajah berlumuran darah saat dibantu oleh personel Dinas Rahasia AS setelah tertembak saat kampanye di Butler Farm Show, Pennsylvania, 13 Juli 2024. (Brendan McDermid/REUTERS)

 Lihat komentar

WASHINGTON — 

Aparat mengaku telah memantau pria dari Pennsylvania yang mencoba membunuh calon presiden Partai Republik, Donald Trump, lebih dari satu jam sebelum insiden penembakan terjadi pada 13 Juli. Polisi bahkan sempat mengabadikan foto pria tersebut untuk dibagikan kepada petugas lainnya, kata seorang pejabat FBI, Senin (29/7).

"Penembak tersebut sudah diidentifikasi sebagai individu yang mencurigakan oleh penegak hukum," kata Kevin Rojek, agen khusus yang memimpin kantor FBI di Pittsburgh. Ia mengatakan hal itu dalam sebuah acara pengarahan mengenai penyelidikan terhadap upaya pembunuhan tersebut.

Rojek menyebutkan bahwa seorang petugas lokal sempat memotret Thomas Crooks, pelaku penembakan, dan membagikan foto tersebut kepada petugas lain yang berada di lokasi acara kampanye Trump di Pennsylvania. Sekitar 30 menit setelah itu, anggota tim SWAT memantau Crooks menggunakan alat pengintai jarak dan menjelajahi situs berita.

Crooks terlihat membawa ransel sekitar pukul 17.56, waktu setempat kurang dari 20 menit sebelum penembakan terjadi, dan juga pada pukul 18.08. Ia terekam oleh kamera dasbor polisi saat berjalan di atap, tempat ia akhirnya melepaskan tembakan, ujar Rojek.

Meski FBI bukan pihak yang bertanggung jawab pada setiap aspek keamanan Trump, mereka sedang menyusun kronologi kejadian, jelas Rojek.

BACA JUGA:

Teman Sekelas: Pelaku Penembakan Trump Alami Perundungan di Sekolah

Pejabat FBI menyebutkan bahwa hingga saat ini mereka belum mengetahui motif Crooks, pria bersenjata berusia 20 tahun, yang ditembak mati oleh agen Secret Service setelah menembaki Trump.

Namun, mereka menyatakan bahwa Crooks sebelumnya pernah mencari informasi secara daring tentang insiden penembakan massal, alat peledak rakitan, dan percobaan pembunuhan perdana menteri Slovakia pada Mei 2024.

Rojek mengonfirmasi Trump terkena peluru, baik secara “utuh atau terpotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil."

Pejabat FBI menyebut Crooks sebagai seseorang yang cenderung menyendiri tanpa teman dekat atau kontak sosial yang luas. Ia hanya memiliki lingkaran sosial yang terbatas pada keluarga dekatnya.

Pejabat FBI mengungkapkan bahwa Crooks menggunakan aplikasi terenkripsi untuk membeli 25 item terkait senjata api dan enam bahan kimia untuk membuat bahan peledak.

FBI mengatakan ketertarikan Crooks pada ilmu sains dan eksperimen tidak menimbulkan kecurigaan dari orang tuanya, yang saat ini sedang bekerja sama dalam proses penyelidikan, kata FBI. [ah/es]sinpo

Komentar: